BAB 1
PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Klien yang dirawat di rumah sakit jiwa atau ruang jiwa umumnya
dengan keluhan tidak dapat diatur di rumah, misalnya amuk, diam saja, tidak
mandi, keluyuran, mengganggu orang lain dan sebagainya. Setelah berada dan
dirawat di rumah sakit, hal yang sama sering terjadi banyak klien diam,
menyendiri tanpa ada kegiatan. Hari – hari perawatan dilalui dengan makan,
minum obat dan tidur. Ada di antara klien yang dengan inisiatif sendiri mencari
perubahan situasi dengan jalan – jalan di rumah sakit namun ada diantara mereka
yang tidak tahu jalan pulang sehingga jika tertangkap ia dicap sebagai
klien yang melarikan diri kemudian
dimasukan lagi ke dalam ruang isolasi. Apa sebenarnya yang dilakukan klien??
Terapi aktivitas kelompok merupakan salah satu tindakan keperawatan untuk
klien gangguan jiwa. Terapi ini adalah terapi yang pelaksanaannya merupakan
tanggung jawab penuh dari seorang perawat. Oleh karena itu seorang perawat
khususnya perawaat jiwa haruslah mampu melakukan terapi aktivitas kelompok
secara tepat dan benar.
Untuk mencapai hal tersebut di atas perlu dibuat suatu pedoman
pelaksanaan terapi aktivitas kelompok seperti terapi aktivitas kelompok
sosialisasi, penyaluran energi, stimulasi sensori dan orientasi realitas.
1.2 Tujuan
Membantu klien yang mengalami kemunduran orientasi, stimulasi persepsi
dalam upaya memotivasi proses berpikir dan afektif serta mengurangi perilaku
mal adaptif. Tujuan meningkatkan kemampuan orientasi realita, memusatkan
perhatian, intelektual, mengemukakan pendapat dan menerima pendapat orang lain dan
mengemukakan perasaannya. Karakteristik klien : gangguan persepsi yang
berhubungan dengan nilai – nilai, menarik diri dari realita, inisiati atau ide
– ide yang negatif, kondisi fisik sehat, dapat berkomunikasi verbal, kooperatif
dan mengikuti kegiatan.
1.3 Manfaat
Setelah
diadakan TAKSP di harapkan pasien mendapatkan ilmu tambahan tentang penyakit
yang diderita sehingga dapat mempermudah proses penyembuhan.
1.4 Karakteristik Pasien
Berdasarkan pengamatan dan kajian status klien maka
karakteristik klien yang dilibatkan dalam terapi aktivitas kelompok ini adalah
klien dengan masalah keperawatan seperti resiko mencederai diri sendiri, orang
lain dan lingkungan, perilaku kekerasan, defisit perawatan diri, isolasi social
: menarik diri, dan perubahan persepsi sensori.
BAB
II
LANDASAN
TEORI
a.
Model
Terapi Aktivitas Kelompok
-
Focal conflic model
Dikembangkan berdasarkan konflik yang tidak disadari dan berfokus pada
kelompok individu. Tugas leader adalah membantu kelompok memahami konflik dan
membantu penyelesaian masalah. Misal ; adanya perbedaan pendapat antar anggota,
bagaimana masalah ditanggapi anggotadan leader mengarahkan alternatif
penyelesaian masalah.
-
Model komunikasi
Dikembangkan berdasarkan teori dan prinsip komunikasi, bahwa tidak
efektifnya komunikasi akan membawa kelompok menjadi tidak puas. Tujuan membantu
meningkatkan ketrampilan interpersonal dan social anggota kelompok. Tugas leader adalah memfasilitasi komunikasi
yang efektif antar anggota dan mengajarkan pada kelompok bahwa perlu adanya
komunikasi dalam kelompok, anggota bertanggung jawab terhadap apa yang
diucapkan, komunikasi pada semua jenis : verbal, non verbal, terbuka dan
tertutup, serta pesan yang disampaikan harus dipahami orang lain.
-
Model interpersonal
Tingkah laku (pikiran, perasaan dan tindakan) digambarkan melalui
hubungan interpersonal dalam kelompok. Pada model ini juga menggambarkan sebab
akibat tingkah laku anggota merupakan akibat dari tingkah laku anggota yang
lain. Terapist bekerja dengan individu dan kelompok, anggota belajar dari
interaksi antar anggota dan terapist. Melalui proses ini, tingkah laku atau
kesalahan dapat dikoreksi dan dipelajari.
-
Model psikodrama
Dengan model ini dapat memotivasi anggota kelompok untuk berakting sesuai
dengan peristiwa yang baru terjadi atau peristiwa yang lalu, sesuai peran yang
diperagakan. Anggota diharapkan dapat memainkan peran sesuai peristiwa yang
pernah dialami.
b.
Metoda
-
Kelompok didaktik
-
Kelompok social terapeutik
-
Kelompok insipirasi represif
-
Psikodrama
-
Kelompok interaksi bebas
c.
Fokus
Terapi Aktivitas Kelompok
-
Orientasi realitas
Maksudnya adalah
memberikan terapi aktivitas kelompok yang mengalami gangguan orientasi terhadap
orang, waktu dan tempat. Tujuan adalah klien mampu mengidentifikasi stimulus
internal (pikiran, perasaan, sensasi somatic) dan stimulus eksternal (iklim,
bunyi, situasi alam sekitar), klien dapat membedakan antara lamunan dan
kenyataan, pembicaraan klien sesuai realitas, klien mampu mengenal diri sendiri
dan klien mampu mengenal orang lain, waktu dan tempat. Karakteristik klien :
gangguan orientasi realita (GOR), halusinasi, waham, ilusi dan depersonalisasi
yang sudah dapat berinteraksi dengan orang lain, klien kooperatif, dapat
berkomunikasi verbal dengan baik, dan kondisi fisik dalam keadaan sehat.
-
Sosialisasi
Maksudnya adalah
memfasilitasi psikoterapist untuk memantau dan meningkatkan hubungan
interpersonal, memberi tanggapan terhadap orang lain, mengekspresikan iden dan
tukar persepsi dan menerima stimulus eksternal yang berasal dari lingkungan.
Tujuan meningkatkan hubungan interpersonal antar anggota kelompok,
berkomunikasi, saling memperhatikan, memberikan tanggapan terhadap orang lain,
mengekspresikan ide serta menerima stimulus eksternal. Karakteritistik klien :
kurang berminat atau tidak ada inisiatif untuk mengikuti kegiatan ruangan,
sering berada di tempat tidur, menarik diri, kontak social kurang, harga diri
rendah, gelisah ,curiga, takut dan cemas, tidak ada inisiatif memulai
pembicaraan, menjawab seperlunya, jawaban sesuai pertanyaan, dan dapat membina
trust, mau berinteraksi dan sehat fisik.
-
Stimulasi persepsi
Maksudnya adalah
membantu klien yang mengalami kemunduran orientasi, stimulasi persepsi dalam
upaya memotivasi proses berpikir dan afektif serta mengurangi perilaku mal
adaptif. Tujuan meningkatkan kemampuan orientasi realita, memusatkan perhatian,
intelektual, mengemukakan pendapat dan menerima pendapat orang lain dan
mengemukakan perasaannya. Karakteristik klien : gangguan persepsi yang
berhubungan dengan nilai – nilai, menarik diri dari realita, inisiati atau ide
– ide yang negatif, kondisi fisik sehat, dapat berkomunikasi verbal, kooperatif
dan mengikuti kegiatan.
-
Stimulasi sensori
Maksudnya adalah
menstimulasi sensori pada klien yang mengalami kemunduran sensoris. Tujuan
meningkatkan kemampuan sensori, memusatkan perhatian, kesegaran jasmani, dan
mengekspresikan perasaan.
-
Penyaluran energi
Maksudnya adalah
untuk menyalurkan energi secara konstruktif. Tujuan menyalurkan energi dari
destruktif menjadi konstruktif, mengekspresikan perasaan dan meningkatkan
hubungan interpersonal.
d.
Tahap
– tahap dalam terapi aktivitas kelompok.
Menurut Yalom
yang dikutip oleh Stuart dan Sundeen, 1995, fase – fase dalam terapi aktivitas
kelompok adalah sebagai berikut :
- Pre kelompok
Dimulai dengan
membuat tujuan, merencanakan, siapa yang menjadi leader, anggota, dimana, kapan
kegiatan kelompok tersebut dilaksanakan, proses evaluasi pada anggota dan
kelompok, menjelaskan sumber – sumber yang diperlukan kelompok seperti
proyektor dan jika memungkian biaya dan keuangan.
- Fase awal
Pada fase ini
terdapat 3 kemungkinan tahapan yang terjadi yaitu orientasi, konflik atau
kebersamaan.
-
Orientasi.
Anggota mulai
mengembangkan system social masing – masing, dan leader mulai menunjukkan
rencana terapi dan mengambil kontrak dengan anggota.
-
Konflik
Merupakan masa
sulit dalam proses kelompok, anggota mulai memikirkan siapa yang berkuasa dalam
kelompok, bagaimana peran anggota, tugasnya dan saling ketergantungan yang akan
terjadi.
-
Kebersamaan
Anggota mulai
bekerja sama untuk mengatasi masalah, anggota mulai menemukan siapa dirinya.
- Fase kerja
Pada tahap ini
kelompok sudah menjadi tim. Perasaan positif dan engatif dikoreksi dengan
hubungan saling percaya yang telah dibina, bekerjasama untuk mencapai tujuan
yang telah disepakati, kecemasan menurun, kelompok lebih stabil dan realistic,
mengeksplorasikan lebih jauh sesuai dengan tujuan dan tugas kelompok, dan
penyelesaian masalah yang kreatif.
- Fase terminasi
Ada dua jenis
terminasi (akhir dan sementara). Anggota kelompok mungkin mengalami terminasi
premature, tidak sukses atau sukses.
e.
Peran
Perawat dalam terapi aktivitas kelompok.
- Mempersiapkan program terapi aktivitas kelompok.
- Sebagai leader dan co leader
- Sebagai fasilitator
- Sebagai observer
- Mengatasi masalah yang timbul pada saat pelaksanaan
f.
Pelaksanaan
Pelaksanaan dan uraian
kegiatan sesuai macam terapi aktivitas kelompok dapat dilihat pada lampiran –
lampiran.
g.
Penutup
Demikian proposal ini
dibuat dalam meningkatkan peran dan fungsi perawat professional dalam menangani
klien dengan masalah gangguan jiwa dalam bentuk terapi aktivitas kelompok.
Semoga bermanfaat bagi rekan – rekan seprofesi atau tim kesehatan lainnya.
BAB
III
PELAKSANAAN
TAK STIMULASI PERSEPSI: HALUSINASI
URAIAN STRUKTUR KELOMPOK
- Hari /Tanggal :
- Tempat : Di Ruang Kenari
- Waktu : WIB
- Lama Kegiatan
-
Perkenalan dan pengarahan (5 menit)
-
Role play (5 menit)
-
Permainan dan diskusi (25 menit)
-
Evaluasi (10 menit)
-
Penutup (5 menit)
- Jumlah peserta : orang
- Perilaku yang diharapkan dari kelompok klien
a.
Klien dapat melakukan permainan
b.
Klien dapat memberikan pendapat/komentar dari
permainan
c.
Klien dapat berperan aktif dalam kelompok dengan
cara mengungkapkan pengalamannya dan memberikan dukungan kepada klien lain
d.
Klien dapat mengontrol emosinya selama kegiatan
berlangsung
e.
Klien tidak meninggalkan kelompok pada saat
permainan
PENGORGANISASIAN
Leader :
Co-Leader :
Fasilitator :
Observer :
METODE DAN MEDIA
Metode : Diskusi dan
tanya jawab
Media :
Spidol
Kertas manila/White board
URAIAN PEMBAGIAN TUGAS
- Leader
a.
Membacakan tujuan dan peraturan kegiatan terapi
aktifitas kelompok sebelum kegiatan dimulai
b.
Mampu memotivasi anggota untuk aktif dalam
kelompok dan memperkenalkan dirinya
c.
Mampu
memimpin terapi aktifitas kelompok dengan baik dan tertib
d.
Menetralisir bila ada masalah yang timbul dalam
kelompok
e.
Menjelaskan permainan
- Co-Leader
a.
Menyampaikan informasi dari fasilitator ke
leader tentang aktifitas klien
b.
Mengingatkan leader jika kegiatan menyimpang
- Fasilitator
a.
Memfasilitasi klien yang kurang aktif
b.
Berperan sebagai role play bagi klien selama
kegiatan
- Observer
a.
Mengobservasi jalannya proses kegiatan
b.
Mencatat prilaku verbal dan non verbal klien
selama kegiatan berlangsung
c.
Mengatur alur permainan (menghidupkan dan
mematikan tape recorder)
PROSES PELAKSANAAN
- Perkenalan dan pengarahan
a.
Mempersiapkan lingkungan : suasana tenang dan
nyaman (tidak ribut)
b.
Mempersiapkan tempat : pengaturan posisi tempat
duduk, leader berdiri di depan dan berkomunikasi dengan seluruh anggota
kelompok
c.
Mempersiapkan anggota kelompok : membuat kontrak
kembali dengan klien untuk mengikuti terapi aktifitas kelompok sosialisasi
- Pembukaan
a.
Leader memperkenalkan diri dengan menyebutkan
nama, asal dan tempat tinggal
b.
Leader menjelaskan tujuan terapi aktifitas
kelompok sosialisasi
c.
Membuat kontrak waktu dengan klien dan lamanya
permainan berlangsung
d.
Leader menjelaskan peraturan kegiatan dalam
kelompok antara lain : jika klien ingin ke kamar mandi atau toilet harus minta
ijin kepada leader, bila ingin menjawab pertanyaan klien diminta untuk
mengacungkan tangan dan diharapkan klien mengikuti kegiatan dari awal sampai
akhir
- Role play
Permainan
dimulai dengan bermain peran oleh fasilitator sesuai petunjuk leader selama 5
menit. Setelah itu observer menghidupkan tape recorder dan memulai permainan,
semua fasilitator duduk di kursi. Selama
musik masih berbunyi para fasilitator mengedarkan kotak dari fasilitator satu
ke fasilitator berikutnya. Bagi fasilitator yang memegang kotak pada saat musik
dihentikan, fasilitator diminta untuk memperkenalkan diri, dan menyampaikan pengalamannya
yang paling menyenangkan. Peserta yang lain diminta untuk menanggapi dan
mengajukan pertanyaan.
- Permainan
Klien diminta
untuk mengambil tempat duduk di kursi yang tersedia. Selanjutnya bermain sesuai dengan role play
diatas
- Evaluasi
a.
Klien dapat mengungkapkan perasaan setelah
melakukan permainan
b.
Klien dapat menyebutkan keuntungan dari
permainan tersebut
c.
Klien dapat mengungkapkan usul atau pendapat
dari kegiatan permainan
- Penutup
a.
Leader menyampaikan apa yang telah dicapai
anggota kelompok setelah mengikuti permainan
b.
Perawat memberikan reinforcement positif pada
setiap klien yang mengikuti permainan
Pelaksanaan
Sesi 1: Mengenal Halusinasi
Tujuan:
1. Klien
dapat mengenal halusinasi
2. Klien
mengenal waktu terjadinya halusinasi.
3. Klien
mengenal situ asi terjadinya halusinasi.
4. Klien
mengenal perasaannya pada saat terjadi halusinasi.
Setting
1. Terapis
dan klien duduk bersama dalam lingkaran.
2. Tempat
tenang dan nyaman.
Alat:
1. Spidol
2. Papan
tulis/whiteboard/flipchart
Metode
1. Tanya jawab
2. Bermain
peran/simulasi
Langkah kegiatan
1. Persiapan
a. Memilih
klien sesuai dengan indikasi, yaitu perubahan sensori persepsi: halusinasi.
b. Membuat
kontrak dengan klien.
c. Mempersiapkan
alat dan tempat pertemuan.
2. Orientasi
a. Salam
terapeutik
1) Salam
dari terapis kepada klien.
2) Perkenalkan
nama dan panggilan terapis (pakai papan nama).
3) Menanyakan
nama dan panggilan semua klien beri papan nama.
b. Evaluasi/validasi
Menanyakan
perasaan klien saat ini.
c. Kontrak
1) Terapis
menjelaskan tujuan kegiatan yang akan di laksanakan.
2) Terapis
menjelaskan aturan main berikut.
§ Jika
ada klien yang ingin meninggalkan kelompok, harus minta izin kepada terapis.
§ Lama
kegiatan 45 menit.
§ Setiap
klien mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai.
3. Tahap
kerja
a. Terapis
menjelaskan kegiatan yang akan di lakukan, yaitu mengenal gambar-gambar yang di
lihat, waktu terjadinya, dan perasaan klien pada saat terjadinya
b. Terapis
meminta klien menceritakan isi halusinasi, kapan terjadinya, situasi yang
membuat terjadi, dan perasaan klien
c. Saat
terjadi halusinasi, Mutal dan idieri yang sebelah kanan, secara berurutan
sampai semua klien mendapal. giliran. Hasilnya tulis di whiteboard.
d. Beri
pujian pada klien yang melakukan dengan baik.
e. Simpulkan
isi,, waktu terjadi, situasi terjadi, dan perasaan klien dan suara yang biasa
didengar.
4. Tahap
terminasi
a. Evaluasi
1) Terapis
menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK.
2) Terapis
memberikan pujian atas keberhasilan kelompok.
b. Tindak
lanjut
Terapis meminta
klien untuk melaporkan isi, waktu, situasi, dan perasaannya jika terjadi
halusinasi.
c. Kontrak
yang akan datang
1) Menyepakati
TAK yang akan datang, yaitu cara mengontrol halusinasi
2) Menyepakati
waktu dan tempat
Sesi 2: Mengontrol Halusinasi dengan Menghardik
Tujuan
1. Klien
dapat menjelaskan cara yang selama ini dilakukan untuk mengatasi halusinasi.
2. Klien
dapat memahami cara menghardik halusinasi.
3. Klien
dapat memperagakan cara menghardik halusinasi.
Setting
1. Terapis
dan klien duduk bersama dalam lingkaran.
2. Ruangan
nyaman dan tenang.
Alat
1. Spidol
dan papan tulis/ whiteboard/flipchart
2. Jadwal
kegiatan klien.
Metode
1. Diskusi
dan tanya jawab
2. Bermain
peran/Simulasi
Langkah kegiatan
1. Persiapan
a. Mengingatkan
kontrak kepada klien yang telah mengikuti sesi
b. Mempersiapkan
alat dan tempat pertemuan.
2. Orientasi
a. Salam
terapeutik
1) Salam
dan terapis kepada klien.
2) Klien
dan terapis pakai pa pan nama.
b. Evaluasi/
validasi
1) Terapis
menanyakan perasan klien saat ini
2) Terapis
menanyakan pengalaman halusinasi yang terjadi isi, waktu, situasi, dan
perasaan.
c. Kontrak
1) Menjelaskan
tujuan kegiatan, yaitu dengan latihan satu cara mengontrol halusinasi.
2) Menjelaskan
aturan main, yaitu:
§ Jika
ada klien yang ingin meninggalkan kelompok, harus minta izin pada terapis.
§ Lama
kegiatan 45 menit
§ Setiap
klien mengikuti kegiatan dan awal sampai selesai.
3) Tahap
kerja
a. Terapis
meminta klien menceritakan apa yang dilakukan pada saat mengalami halusinasi,
dan bagaimana hasilnya. Ulangi sampai semua klien mendapat giliran.
b. Berikan
pujian setiap klien selesai bercerita.
c. Terapis
menjelaskan cara mengatasi halusinasi dengan menghardik halusinasi saat
halusinasi muncul.
d. Terapis
memperagakan cara menghardik halusinasi, yaitu:
e. “Pergi
jangan ganggu saya”1 “Saya mau bercakap-cakap dengan...”. -
f.
Terapis meminta masing-masing klien memperagakan
cara menghardik halusinasi dimulai dan klien di sebelah kiri terapis berurutan
searah jarum jam sampai semua peserta mendapatkan giliran.
g. Terapis
memberikan pujian dan mengajak semua klien bertepuk tangan saat setiap klien
selesai memperagakan menghardik halusinasi.
4) Tahap
terminasi
a. Evaluasi
1) Terapis
menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK.
2) Terapis
memberikan pujian atas keberhasilan kelompok.
b. Tindak
lanjut
1) Terapis
menganjurkan klien untuk menerapkan cara yang
2) telah
dipelajari jika halusinasi muncul.
3) Memasukkan
kegiatan menghardik dalam jadwal kegiatan harian klien.
c. Kontrak
yang akan datang
1) Terapis
membuat kesepakatan dengan klien untuk TAK yang berikutnya, yaitu belajar cara
mengontrol halusinasi dengan melakukan kegiatan.
2) Terapis
membuat kesepakatan waktu dan tempat TAK berikutnya.
Sesi 3: Mengontrol Halusinasi dengan Melakukan Kegiatan
Tujuan
1. Klien
dapat memahami pentingnya melakukan kegiatan untuk
2. mencegah
munculnya halusinasi. .
3. Klien
dapat menyusun jadwal kegiatan untuk mencegah terjadinya halusinasi
Setting
1. Terapis
dan klien duduk bersama dalam lingkaran.
2. Ruangan
nyaman dan tenang
Alat
1. Jadwal
kegiatan harian
2. Pulpen
3. Spidol
dan whiteboard/flipchart
Metode
1. Diskusi
dan tanya jawab
2. Bermain
peran/simulasi dan latihan
Langkah kegiatan
1. Persiapan
a. Mengingatkan
kontrak dengan klien yang telah mengikuti Sesi 2.
b. Mempersiapkan
alat dan tempat pertemuan..
2. Orientasi
a. Salam
terapeutik
1) Salam
dan terapis kepada klien.
2) Klien
dan terapis pakai papan nama.
b. Evaluasi/
validasi
1) Terapis
menanyakan keadaan klien saat mi
2) Terapis
menanyakan cara mengontrol halusinasi yang sudah dipelajari
3) Terapis
menanyakan pengalaman klien menerapkan cara menghardik halusinasi
c. Kontrak
1. Terapis
r’en1e1skar tujuan kegiatan, yaitu mencegah terjadinya halusinasi dengan
melakukan kegiatan.
2. Menjelaskan
aturan main berikut.
§ Jika
ada klien yang ingin meninggalkan kelompok, harus meminta izin kepada terapis.
§ Lama
kegiatan 45 menit.
§ Setiap
klien mengikuti kegiatan dan awal sampai selesai.
3. Tahap
kerja
a. Terapis
menjelaskan cara kedua, yaitu melakukan kegiatan
b. sehari-hari.
Jelaskan bahwa dengan melakukan kegiatan yang teratur akan mencegah munculnya
halusinasi
c. Terapis
meminta tiap klien menyampaikan kegiatan yang biasa dilakukan sehari-hari, dan
tulis whiteboard/flipchart
d. Terapis
membagikan formulir jadwal kegiatan harian. Terapis menulis formulir yang sama
di whiteboard.
e. Terapis
membimbing satu persatu klien untuk membuat Jadwal kegiatan harian dan bangun
pagi sampai Malam. Klien menggunakan formulir, terapis menggunakan whiteboard
f.
Terapis melatih klien memperagakan kegiatan yang
sudah disusun.
g. Berikan
pujian dengan tepuk tangan bersama kepada klien yang sudah selesai membuat
jadwal dan memperagakan kegiatan
4. Tahap
terminasi
a. Evaluasi
1) Terapis
menanyakan perasaan klien setelah selesai menyusun jadwal kegiatan dan
memperagakannya
2) Terapis
memberikan pujian atas keberhasilan kelompok.
b. Tindak
lanjut
Terapis
menganjurkan klien melaksanakan dua cara mengontrol halusinasi yaitu menghardik
dan melakukan kegiatan
c. Kontrak
yang akan datang
1) Terapis
membuat kesepakatan dengan klien untuk TAK berikutnya yaitu belajar cara
mengontrol halusinasi dengan bercakap-cakap
2) Terapis
membuat kesepakatan waktu dan tempat
Sesi 4: Mengontrol Halusinasi dengan Patuh Minum Obat
Tujuan
1. Klien
memahami pentingnya patuh minum obat
2. Klien
memahami akibat tidak patuh minum obat
3. Klien
dapat menyebutkan lima benar cara minum obat
Setting
1. Terapis
dan klien duduk bersama dalam lingkaran.
2. Ruangan
nyaman dan tenang
Alat
1. Jadwal
kegiatan harian dan Pulpen
2. Spidol
dan whiteboard/flipchart
3. Beberapa
contoh obat
Metode
1. Diskusi
dan tanya jawab
2. Melengkapi
jadwal harian
Langkah kegiatan
1. Persiapan
a. Mengingatkan
kontrak dengan klien yang telah mengikuti Sesi 4.
b. Mempersiapkan
alat dan tempat pertemuan..
2. Orientasi
a. Salam
terapeutik
1) Salam
dan terapis kepada klien.
2) Klien
dan terapis pakai papan nama.
b. Evaluasi/
validasi
1) Terapis
menanyakan keadaan klien saat ini
2) Terapis
menanyakan cara mengontrol halusinasi setelah menggunakan tiga cara yang telah
di pelajari (menghardik, menyibukkan diri dengan kegiatan, dan bercakap-cakap)
c. Kontrak
1. Terapis
menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu mencegah terjadinya halusinasi dengan patuh
minum obat.
2. Menjelaskan
aturan main berikut.
§ Jika
ada klien yang ingin meninggalkan kelompok, harus meminta izin kepada terapis.
§ Lama
kegiatan 45 menit.
§ Setiap
klien mengikuti kegiatan dan awal sampai selesai.
3. Tahap
kerja
a. Terapis
menjelaskan untungnya patuh minum obat, yaitu mencegah kambuh -karena obat
memberi perasaan tenang, dan memperlambat kambuh.
b. Terapis
menjelaskan kerugian tidak patuh minum obat, yaitu penyebab kambuh.
c. Terapis
meminta tiap klien menyampaikan obat yang di makan Dan waktu memakannya. Buat
daftar di whiteboard.
d. Menjelaskan
lima benar minum obat, yaitu benar obat, benar waktu minum obat benar orang
yang minum obat benar cara minum obat, benar dosis obat.
e. Meminta
klienmenyebutkan lima benar cara minum obat,, secara bergiliran
f.
Berikan pujian pada klien yang benar
g. Mendiskusikan
perasaan klien sebelum minum obat catat di whiteboard).
h. Mendiskusikan
perasaan klien setelah teratur. minum obat (catat di whiteboard)
i.
Menjelaskan keuntungan patuh minum obat, yaitu
salah satu cara mencegah halusinasi/kambuh.
j.
Menjelaskan akibat/kerugian tidak patuh minum
obat, yaitu kejadian halusinasi/kambuh :
k. Minta
klien menyebutkan kembali keuntungan patuh minum obat dan kerugian tidak patuh
minum obat.
l.
Memberi pujian tiap kali klien benar.
4. Tahap
terminasi
a. Evaluasi
1) Terapis
menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK
2) Terapis
menanyakan TAK mengontrol halusinasi yang sudah di latih
3) Terapis
memberikan pujian atas keberhasilan kelompok.
b. Tindak
lanjut
Terapis
menganjurkan klien melaksanakan empat cara mengontrol halusinasi yaitu
menghardik ,melakukan kegiatan dan bercakap-cakap, dan patuh minum obat
c. Kontrak
yang akan datang
1) Terapis
mengakhiri sesi TAK stimulasi persepsi untuk mengontrol halusinasi
2) Buat
kesepakatan baru untuk TAK yang lain sesuai dengan indikasi klien
Sesi 5: Mengontrol Halusinasi dengan bercakap-cakap
Tujuan
1. Klien
dapat memahami pentingnya bercakap–cakap untuk mencegah munculnya halusinasi. .
2. Klien
dapat bercakap–cakap dengan orang lain untuk mencegah munculnya halusinasi.
Setting
1. Terapis
dan klien duduk bersama dalam lingkaran.
2. Ruangan
nyaman dan tenang
Alat
1. Jadwal
kegiatan harian dan Pulpen
2. Spidol
dan whiteboard/flipchart
Metode
1. Diskusi
dan tanya jawab
2. Bermain
peran/simulasi dan latihan
Langkah kegiatan
1. Persiapan
a. Mengingatkan
kontrak dengan klien yang telah mengikuti Sesi 2.
b. Mempersiapkan
alat dan tempat pertemuan..
2. Orientasi
a. Salam
terapeutik
1) Salam
dan terapis kepada klien.
2) Klien
dan terapis pakai papan nama.
b. Evaluasi/
validasi
1) Terapis
menanyakan keadaan klien saat mi
2) Terapis
menanyakan cara mengontrol halusinasi yang sudah dipelajari
3) Terapis
menanyakan pengalaman klien menerapkan cara menghardik halusinasi
c. Kontrak
1. Terapis
menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu mencegah terjadinya halusinasi dengan
bercakap-cakap.
2. Menjelaskan
aturan main berikut.
§ Jika
ada klien yang ingin meninggalkan kelompok, harus meminta izin kepada terapis.
§ Lama
kegiatan 45 menit.
§ Setiap
klien mengikuti kegiatan dan awal sampai selesai.
3. Tahap
kerja
a. Terapis
menjelaskan cara kedua, yaitu melakukan kegiatan
b. sehari-hari.
Jelaskan bahwa dengan melakukan kegiatan yang teratur akan mencegah munculnya
halusinasi
c. Terapis
meminta tiap klien menyampaikan kegiatan yang biasa dilakukan sehari-hari, dan
tulis whiteboard/flipchart
d. Terapis
membagikan formulir jadwal kegiatan harian. Terapis menulis formulir yang sama
di whiteboard.
e. Terapis
membimbing satu persatu klien untuk membuat Jadwal kegiatan harian dan bangun
pagi sampai Malam. Klien menggunakan formulir, terapis menggunakan whiteboard
f.
Berikan pujian atas keberhasilan klien
g. Ulangi
e sampai f sampai semua klien mendapatkan giliran
4. Tahap
terminasi
a. Evaluasi
1) Terapis
menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK
2) Terapis
menanyakan TAK mengontrol halusinasi yang sudah di latih
3) Terapis
memberikan pujian atas keberhasilan kelompok.
b. Tindak
lanjut
Terapis
menganjurkan klien melaksanakan tiga cara mengontrol halusinasi yaitu
menghardik ,melakukan kegiatan dan bercakap-cakap
c. Kontrak
yang akan datang
1) Terapis
membuat kesepakatan dengan klien untuk TAK berikutnya yaitu belajar cara
mengontrol halusinasi dengan patuh minum obat
2) Terapis
membuat kesepakatan waktu dan tempat
1.
KARAKTERISTIK KLIEN HALUSINASI
1) Kognitif
-
Sulit berkonsentrasi
-
Tidak mampu mengambil keputusan
-
Sukar membedakan nyata dan tidak nyata
-
Gangguan asosiasi (pikiran yang tidak mempunyai
hubungan yang logis satu sama lain
2) Afektif
-
Afek tidak sesuai dengan isi pembicaraan
-
Kurangnya respon yang emosional terhadap pikiran
orang dan pengalaman
3) Perilaku
dan Hubungan Sosial
-
Cenderung menarik diri
-
Duduk terpaku dengan pandangan mata satu arah,
tersenyum atau berbicara sendiri
-
Aktivitas kurang terkontrol, tiba-tiba marah dan
menyerang orang lain
-
Gelisah
-
Inkoheren
4) Fisik
-
Muka pucat
-
Sulit tidur
-
Berat badan menurun
-
Nafsu makan menurun
-
Individu sering menguap
-
Hygiene kurang
-
Penampilan kurang rapi
DAFTAR
PUSTAKA
Burns.et.al. (1999). Assessment Scales in Old Psychiantry. Martin Dunitz Ltd. London.
Carpenito, Lynda Juall. (1988). Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 6, Cetakan 1. Alih Bahasa
Yasmin aSIH, sKP. Jakarta : Penerbit EGC.
Fortinash & Worret, (1996), Psychiantric Mental Health Nursing, CV Mosby, St. Louise Missouri.
Azizah, Lilik Ma’ rifatul. Keperawatan Jiwa (Aplikasi
Praktik Klinik). Edisi Pertama; Graha Ilmu, 2001.