Saturday, November 18, 2017

Terapi Aktivitas Kelompok ( Halusinasi )

          BAB 1
PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang
Klien yang dirawat di rumah sakit jiwa atau ruang jiwa umumnya dengan keluhan tidak dapat diatur di rumah, misalnya amuk, diam saja, tidak mandi, keluyuran, mengganggu orang lain dan sebagainya. Setelah berada dan dirawat di rumah sakit, hal yang sama sering terjadi banyak klien diam, menyendiri tanpa ada kegiatan. Hari – hari perawatan dilalui dengan makan, minum obat dan tidur. Ada di antara klien yang dengan inisiatif sendiri mencari perubahan situasi dengan jalan – jalan di rumah sakit namun ada diantara mereka yang tidak tahu jalan pulang sehingga jika tertangkap ia dicap sebagai klien  yang melarikan diri kemudian dimasukan lagi ke dalam ruang isolasi. Apa sebenarnya yang dilakukan klien??
Terapi aktivitas kelompok merupakan salah satu tindakan keperawatan untuk klien gangguan jiwa. Terapi ini adalah terapi yang pelaksanaannya merupakan tanggung jawab penuh dari seorang perawat. Oleh karena itu seorang perawat khususnya perawaat jiwa haruslah mampu melakukan terapi aktivitas kelompok secara tepat dan benar.
Untuk mencapai hal tersebut di atas perlu dibuat suatu pedoman pelaksanaan terapi aktivitas kelompok seperti terapi aktivitas kelompok sosialisasi, penyaluran energi, stimulasi sensori dan orientasi realitas.

1.2  Tujuan
Membantu klien yang mengalami kemunduran orientasi, stimulasi persepsi dalam upaya memotivasi proses berpikir dan afektif serta mengurangi perilaku mal adaptif. Tujuan meningkatkan kemampuan orientasi realita, memusatkan perhatian, intelektual, mengemukakan pendapat dan menerima pendapat orang lain dan mengemukakan perasaannya. Karakteristik klien : gangguan persepsi yang berhubungan dengan nilai – nilai, menarik diri dari realita, inisiati atau ide – ide yang negatif, kondisi fisik sehat, dapat berkomunikasi verbal, kooperatif dan mengikuti kegiatan.
1.3  Manfaat
                                    Setelah diadakan TAKSP di harapkan pasien mendapatkan ilmu tambahan tentang penyakit yang diderita sehingga dapat mempermudah proses penyembuhan.
1.4 Karakteristik Pasien
Berdasarkan pengamatan dan kajian status klien maka karakteristik klien yang dilibatkan dalam terapi aktivitas kelompok ini adalah klien dengan masalah keperawatan seperti resiko mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan, perilaku kekerasan, defisit perawatan diri, isolasi social : menarik diri, dan perubahan persepsi sensori.









BAB II
LANDASAN TEORI
a.      Model Terapi Aktivitas Kelompok
-          Focal conflic model
Dikembangkan berdasarkan konflik yang tidak disadari dan berfokus pada kelompok individu. Tugas leader adalah membantu kelompok memahami konflik dan membantu penyelesaian masalah. Misal ; adanya perbedaan pendapat antar anggota, bagaimana masalah ditanggapi anggotadan leader mengarahkan alternatif penyelesaian masalah.
-          Model komunikasi
Dikembangkan berdasarkan teori dan prinsip komunikasi, bahwa tidak efektifnya komunikasi akan membawa kelompok menjadi tidak puas. Tujuan membantu meningkatkan ketrampilan interpersonal dan social anggota kelompok.  Tugas leader adalah memfasilitasi komunikasi yang efektif antar anggota dan mengajarkan pada kelompok bahwa perlu adanya komunikasi dalam kelompok, anggota bertanggung jawab terhadap apa yang diucapkan, komunikasi pada semua jenis : verbal, non verbal, terbuka dan tertutup, serta pesan yang disampaikan harus dipahami orang lain.
-          Model interpersonal
Tingkah laku (pikiran, perasaan dan tindakan) digambarkan melalui hubungan interpersonal dalam kelompok. Pada model ini juga menggambarkan sebab akibat tingkah laku anggota merupakan akibat dari tingkah laku anggota yang lain. Terapist bekerja dengan individu dan kelompok, anggota belajar dari interaksi antar anggota dan terapist. Melalui proses ini, tingkah laku atau kesalahan dapat dikoreksi dan dipelajari.
-          Model psikodrama
Dengan model ini dapat memotivasi anggota kelompok untuk berakting sesuai dengan peristiwa yang baru terjadi atau peristiwa yang lalu, sesuai peran yang diperagakan. Anggota diharapkan dapat memainkan peran sesuai peristiwa yang pernah dialami.
b.     Metoda
-                                                                Kelompok didaktik
-                                                                Kelompok social terapeutik
-                                                                Kelompok insipirasi represif
-                                                                Psikodrama
-                                                                Kelompok interaksi bebas
c.      Fokus Terapi Aktivitas Kelompok
-                                                                Orientasi realitas
Maksudnya adalah memberikan terapi aktivitas kelompok yang mengalami gangguan orientasi terhadap orang, waktu dan tempat. Tujuan adalah klien mampu mengidentifikasi stimulus internal (pikiran, perasaan, sensasi somatic) dan stimulus eksternal (iklim, bunyi, situasi alam sekitar), klien dapat membedakan antara lamunan dan kenyataan, pembicaraan klien sesuai realitas, klien mampu mengenal diri sendiri dan klien mampu mengenal orang lain, waktu dan tempat. Karakteristik klien : gangguan orientasi realita (GOR), halusinasi, waham, ilusi dan depersonalisasi yang sudah dapat berinteraksi dengan orang lain, klien kooperatif, dapat berkomunikasi verbal dengan baik, dan kondisi fisik dalam keadaan sehat.


-                                                                Sosialisasi
Maksudnya adalah memfasilitasi psikoterapist untuk memantau dan meningkatkan hubungan interpersonal, memberi tanggapan terhadap orang lain, mengekspresikan iden dan tukar persepsi dan menerima stimulus eksternal yang berasal dari lingkungan. Tujuan meningkatkan hubungan interpersonal antar anggota kelompok, berkomunikasi, saling memperhatikan, memberikan tanggapan terhadap orang lain, mengekspresikan ide serta menerima stimulus eksternal. Karakteritistik klien : kurang berminat atau tidak ada inisiatif untuk mengikuti kegiatan ruangan, sering berada di tempat tidur, menarik diri, kontak social kurang, harga diri rendah, gelisah ,curiga, takut dan cemas, tidak ada inisiatif memulai pembicaraan, menjawab seperlunya, jawaban sesuai pertanyaan, dan dapat membina trust, mau berinteraksi dan  sehat fisik.
-                                                                Stimulasi persepsi
Maksudnya adalah membantu klien yang mengalami kemunduran orientasi, stimulasi persepsi dalam upaya memotivasi proses berpikir dan afektif serta mengurangi perilaku mal adaptif. Tujuan meningkatkan kemampuan orientasi realita, memusatkan perhatian, intelektual, mengemukakan pendapat dan menerima pendapat orang lain dan mengemukakan perasaannya. Karakteristik klien : gangguan persepsi yang berhubungan dengan nilai – nilai, menarik diri dari realita, inisiati atau ide – ide yang negatif, kondisi fisik sehat, dapat berkomunikasi verbal, kooperatif dan mengikuti kegiatan.
-                                                                Stimulasi sensori
Maksudnya adalah menstimulasi sensori pada klien yang mengalami kemunduran sensoris. Tujuan meningkatkan kemampuan sensori, memusatkan perhatian, kesegaran jasmani, dan mengekspresikan perasaan.
-                                                                Penyaluran energi
Maksudnya adalah untuk menyalurkan energi secara konstruktif. Tujuan menyalurkan energi dari destruktif menjadi konstruktif, mengekspresikan perasaan dan meningkatkan hubungan interpersonal.
d.     Tahap – tahap dalam terapi aktivitas kelompok.
Menurut Yalom yang dikutip oleh Stuart dan Sundeen, 1995, fase – fase dalam terapi aktivitas kelompok adalah sebagai berikut :
  1. Pre kelompok
Dimulai dengan membuat tujuan, merencanakan, siapa yang menjadi leader, anggota, dimana, kapan kegiatan kelompok tersebut dilaksanakan, proses evaluasi pada anggota dan kelompok, menjelaskan sumber – sumber yang diperlukan kelompok seperti proyektor dan jika memungkian biaya dan keuangan.
  1. Fase awal
Pada fase ini terdapat 3 kemungkinan tahapan yang terjadi yaitu orientasi, konflik atau kebersamaan.
-          Orientasi.
Anggota mulai mengembangkan system social masing – masing, dan leader mulai menunjukkan rencana terapi dan mengambil kontrak dengan anggota.
-          Konflik
Merupakan masa sulit dalam proses kelompok, anggota mulai memikirkan siapa yang berkuasa dalam kelompok, bagaimana peran anggota, tugasnya dan saling ketergantungan yang akan terjadi.
-          Kebersamaan
Anggota mulai bekerja sama untuk mengatasi masalah, anggota mulai menemukan siapa dirinya.
  1. Fase kerja
Pada tahap ini kelompok sudah menjadi tim. Perasaan positif dan engatif dikoreksi dengan hubungan saling percaya yang telah dibina, bekerjasama untuk mencapai tujuan yang telah disepakati, kecemasan menurun, kelompok lebih stabil dan realistic, mengeksplorasikan lebih jauh sesuai dengan tujuan dan tugas kelompok, dan penyelesaian masalah yang kreatif.
  1. Fase terminasi
Ada dua jenis terminasi (akhir dan sementara). Anggota kelompok mungkin mengalami terminasi premature, tidak sukses atau sukses.
e.      Peran Perawat dalam terapi aktivitas kelompok.
  1. Mempersiapkan program terapi aktivitas kelompok.
  2. Sebagai leader dan co leader
  3. Sebagai fasilitator
  4. Sebagai observer
  5. Mengatasi masalah yang timbul pada saat pelaksanaan
f.          Pelaksanaan
Pelaksanaan dan uraian kegiatan sesuai macam terapi aktivitas kelompok dapat dilihat pada lampiran – lampiran.
g.        Penutup
Demikian proposal ini dibuat dalam meningkatkan peran dan fungsi perawat professional dalam menangani klien dengan masalah gangguan jiwa dalam bentuk terapi aktivitas kelompok. Semoga bermanfaat bagi rekan – rekan seprofesi atau tim kesehatan lainnya.
BAB III
PELAKSANAAN

TAK STIMULASI PERSEPSI: HALUSINASI

URAIAN STRUKTUR KELOMPOK

  1. Hari /Tanggal            :
  2. Tempat                       : Di Ruang Kenari
  3. Waktu                         :                       WIB
  4. Lama Kegiatan
-          Perkenalan dan pengarahan (5 menit)
-          Role play (5 menit)
-          Permainan dan diskusi (25 menit)
-          Evaluasi (10 menit)
-          Penutup (5 menit)
  1. Jumlah peserta          :           orang
  2. Perilaku yang diharapkan dari kelompok klien
a.       Klien dapat melakukan permainan
b.      Klien dapat memberikan pendapat/komentar dari permainan
c.       Klien dapat berperan aktif dalam kelompok dengan cara mengungkapkan pengalamannya dan memberikan dukungan kepada klien lain
d.      Klien dapat mengontrol emosinya selama kegiatan berlangsung
e.       Klien tidak meninggalkan kelompok pada saat permainan



PENGORGANISASIAN

Leader                             :
Co-Leader                        :
Fasilitator                         :
                                         
Observer                          :
                                         

METODE DAN MEDIA

Metode                : Diskusi dan tanya jawab
Media       : Spidol
                   Kertas manila/White board

URAIAN PEMBAGIAN TUGAS

  1. Leader
a.       Membacakan tujuan dan peraturan kegiatan terapi aktifitas kelompok sebelum kegiatan dimulai
b.      Mampu memotivasi anggota untuk aktif dalam kelompok dan memperkenalkan dirinya
c.       Mampu  memimpin terapi aktifitas kelompok dengan baik dan tertib
d.      Menetralisir bila ada masalah yang timbul dalam kelompok
e.       Menjelaskan permainan
  1. Co-Leader
a.       Menyampaikan informasi dari fasilitator ke leader tentang aktifitas klien
b.      Mengingatkan leader jika kegiatan menyimpang
  1. Fasilitator
a.       Memfasilitasi klien yang kurang aktif
b.      Berperan sebagai role play bagi klien selama kegiatan
  1. Observer
a.       Mengobservasi jalannya proses kegiatan
b.      Mencatat prilaku verbal dan non verbal klien selama kegiatan berlangsung
c.       Mengatur alur permainan (menghidupkan dan mematikan tape recorder)

PROSES PELAKSANAAN

  1. Perkenalan dan pengarahan
a.       Mempersiapkan lingkungan : suasana tenang dan nyaman (tidak ribut)
b.      Mempersiapkan tempat : pengaturan posisi tempat duduk, leader berdiri di depan dan berkomunikasi dengan seluruh anggota kelompok
c.       Mempersiapkan anggota kelompok : membuat kontrak kembali dengan klien untuk mengikuti terapi aktifitas kelompok sosialisasi
  1. Pembukaan
a.       Leader memperkenalkan diri dengan menyebutkan nama, asal dan tempat tinggal
b.      Leader menjelaskan tujuan terapi aktifitas kelompok sosialisasi
c.       Membuat kontrak waktu dengan klien dan lamanya permainan berlangsung
d.      Leader menjelaskan peraturan kegiatan dalam kelompok antara lain : jika klien ingin ke kamar mandi atau toilet harus minta ijin kepada leader, bila ingin menjawab pertanyaan klien diminta untuk mengacungkan tangan dan diharapkan klien mengikuti kegiatan dari awal sampai akhir

  1. Role play
Permainan dimulai dengan bermain peran oleh fasilitator sesuai petunjuk leader selama 5 menit. Setelah itu observer menghidupkan tape recorder dan memulai permainan, semua fasilitator duduk di  kursi. Selama musik masih berbunyi para fasilitator mengedarkan kotak dari fasilitator satu ke fasilitator berikutnya. Bagi fasilitator yang memegang kotak pada saat musik dihentikan, fasilitator diminta untuk memperkenalkan diri, dan menyampaikan pengalamannya yang paling menyenangkan. Peserta yang lain diminta untuk menanggapi dan mengajukan pertanyaan.
  1. Permainan
Klien diminta untuk mengambil tempat duduk di kursi yang tersedia. Selanjutnya bermain sesuai dengan role play diatas
  1. Evaluasi
a.       Klien dapat mengungkapkan perasaan setelah melakukan permainan
b.      Klien dapat menyebutkan keuntungan dari permainan tersebut
c.       Klien dapat mengungkapkan usul atau pendapat dari kegiatan permainan
  1. Penutup
a.       Leader menyampaikan apa yang telah dicapai anggota kelompok setelah mengikuti permainan
b.      Perawat memberikan reinforcement positif pada setiap klien yang mengikuti permainan




Pelaksanaan
Sesi 1: Mengenal Halusinasi
Tujuan:
1.      Klien dapat mengenal halusinasi
2.      Klien mengenal waktu terjadinya halusinasi.
3.      Klien mengenal situ asi terjadinya halusinasi.
4.      Klien mengenal perasaannya pada saat terjadi halusinasi.
Setting
1.      Terapis dan klien duduk bersama dalam lingkaran.
2.      Tempat tenang dan nyaman.
Alat:
1.      Spidol
2.      Papan tulis/whiteboard/flipchart
Metode
1.       Tanya jawab
2.      Bermain peran/simulasi
Langkah kegiatan
1.      Persiapan
a.       Memilih klien sesuai dengan indikasi, yaitu perubahan sensori persepsi: halusinasi.
b.      Membuat kontrak dengan klien.
c.       Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan.
2.      Orientasi
a.       Salam terapeutik
1)     Salam dari terapis kepada klien.
2)     Perkenalkan nama dan panggilan terapis (pakai papan nama).
3)     Menanyakan nama dan panggilan semua klien beri papan nama.
b.      Evaluasi/validasi
Menanyakan perasaan klien saat ini.
c.       Kontrak
1)     Terapis menjelaskan tujuan kegiatan yang akan di laksanakan.
2)     Terapis menjelaskan aturan main berikut.
§  Jika ada klien yang ingin meninggalkan kelompok, harus minta izin kepada terapis.
§  Lama kegiatan 45 menit.
§  Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai.
3.      Tahap kerja
a.       Terapis menjelaskan kegiatan yang akan di lakukan, yaitu mengenal gambar-gambar yang di lihat, waktu terjadinya, dan perasaan klien pada saat terjadinya
b.      Terapis meminta klien menceritakan isi halusinasi, kapan terjadinya, situasi yang membuat terjadi, dan perasaan klien
c.       Saat terjadi halusinasi, Mutal dan idieri yang sebelah kanan, secara berurutan sampai semua klien mendapal. giliran. Hasilnya tulis di whiteboard.
d.      Beri pujian pada klien yang melakukan dengan baik.
e.       Simpulkan isi,, waktu terjadi, situasi terjadi, dan perasaan klien dan suara yang biasa didengar.
4.      Tahap terminasi
a.       Evaluasi
1)     Terapis menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK.
2)     Terapis memberikan pujian atas keberhasilan kelompok.
b.      Tindak lanjut
Terapis meminta klien untuk melaporkan isi, waktu, situasi, dan perasaannya jika terjadi halusinasi.
c.       Kontrak yang akan datang
1)     Menyepakati TAK yang akan datang, yaitu cara mengontrol halusinasi
2)     Menyepakati waktu dan tempat

Sesi 2: Mengontrol Halusinasi dengan Menghardik
Tujuan
1.      Klien dapat menjelaskan cara yang selama ini dilakukan untuk mengatasi halusinasi.
2.      Klien dapat memahami cara menghardik halusinasi.
3.      Klien dapat memperagakan cara menghardik halusinasi.
Setting
1.      Terapis dan klien duduk bersama dalam lingkaran.
2.      Ruangan nyaman dan tenang.
Alat
1.      Spidol dan papan tulis/ whiteboard/flipchart
2.      Jadwal kegiatan klien.
Metode
1.      Diskusi dan tanya jawab
2.      Bermain peran/Simulasi
Langkah kegiatan
1.      Persiapan
a.       Mengingatkan kontrak kepada klien yang telah mengikuti sesi
b.      Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan.
2.      Orientasi
a.       Salam terapeutik
1)     Salam dan terapis kepada klien.
2)     Klien dan terapis pakai pa pan nama.
b.      Evaluasi/ validasi
1)     Terapis menanyakan perasan klien saat ini
2)     Terapis menanyakan pengalaman halusinasi yang terjadi isi, waktu, situasi, dan perasaan.
c.       Kontrak
1)     Menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu dengan latihan satu cara mengontrol halusinasi.
2)     Menjelaskan aturan main, yaitu:
§  Jika ada klien yang ingin meninggalkan kelompok, harus minta izin pada terapis.
§  Lama kegiatan 45 menit
§  Setiap klien mengikuti kegiatan dan awal sampai selesai.
3)     Tahap kerja
a.       Terapis meminta klien menceritakan apa yang dilakukan pada saat mengalami halusinasi, dan bagaimana hasilnya. Ulangi sampai semua klien mendapat giliran.
b.      Berikan pujian setiap klien selesai bercerita.
c.       Terapis menjelaskan cara mengatasi halusinasi dengan menghardik halusinasi saat halusinasi muncul.
d.      Terapis memperagakan cara menghardik halusinasi, yaitu:
e.       “Pergi jangan ganggu saya”1 “Saya mau bercakap-cakap dengan...”. -
f.        Terapis meminta masing-masing klien memperagakan cara menghardik halusinasi dimulai dan klien di sebelah kiri terapis berurutan searah jarum jam sampai semua peserta mendapatkan giliran.
g.       Terapis memberikan pujian dan mengajak semua klien bertepuk tangan saat setiap klien selesai memperagakan menghardik halusinasi.
4)     Tahap terminasi
a.       Evaluasi
1)     Terapis menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK.
2)     Terapis memberikan pujian atas keberhasilan kelompok.
b.      Tindak lanjut
1)     Terapis menganjurkan klien untuk menerapkan cara yang
2)     telah dipelajari jika halusinasi muncul.
3)     Memasukkan kegiatan menghardik dalam jadwal kegiatan harian klien.
c.       Kontrak yang akan datang
1)     Terapis membuat kesepakatan dengan klien untuk TAK yang berikutnya, yaitu belajar cara mengontrol halusinasi dengan melakukan kegiatan.
2)     Terapis membuat kesepakatan waktu dan tempat TAK berikutnya.





Sesi 3: Mengontrol Halusinasi dengan Melakukan Kegiatan
Tujuan
1.      Klien dapat memahami pentingnya melakukan kegiatan untuk
2.      mencegah munculnya halusinasi. .
3.      Klien dapat menyusun jadwal kegiatan untuk mencegah terjadinya halusinasi
Setting
1.      Terapis dan klien duduk bersama dalam lingkaran.
2.      Ruangan nyaman dan tenang
Alat
1.      Jadwal kegiatan harian
2.      Pulpen
3.      Spidol dan whiteboard/flipchart
Metode
1.      Diskusi dan tanya jawab
2.      Bermain peran/simulasi dan latihan
Langkah kegiatan
1.      Persiapan
a.       Mengingatkan kontrak dengan klien yang telah mengikuti Sesi 2.
b.      Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan..
2.      Orientasi
a.       Salam terapeutik
1)     Salam dan terapis kepada klien.
2)     Klien dan terapis pakai papan nama.
b.      Evaluasi/ validasi
1)     Terapis menanyakan keadaan klien saat mi
2)     Terapis menanyakan cara mengontrol halusinasi yang sudah dipelajari
3)     Terapis menanyakan pengalaman klien menerapkan cara menghardik halusinasi
c.       Kontrak  
1.      Terapis r’en1e1skar tujuan kegiatan, yaitu mencegah terjadinya halusinasi dengan melakukan kegiatan.
2.      Menjelaskan aturan main berikut.
§  Jika ada klien yang ingin meninggalkan kelompok, harus meminta izin kepada terapis.
§  Lama kegiatan 45 menit.
§  Setiap klien mengikuti kegiatan dan awal sampai selesai.
3.      Tahap kerja
a.       Terapis menjelaskan cara kedua, yaitu melakukan kegiatan
b.      sehari-hari. Jelaskan bahwa dengan melakukan kegiatan yang teratur akan mencegah munculnya halusinasi
c.       Terapis meminta tiap klien menyampaikan kegiatan yang biasa dilakukan sehari-hari, dan tulis whiteboard/flipchart
d.      Terapis membagikan formulir jadwal kegiatan harian. Terapis menulis formulir yang sama di whiteboard.
e.       Terapis membimbing satu persatu klien untuk membuat Jadwal kegiatan harian dan bangun pagi sampai Malam. Klien menggunakan formulir, terapis menggunakan whiteboard
f.        Terapis melatih klien memperagakan kegiatan yang sudah disusun.
g.       Berikan pujian dengan tepuk tangan bersama kepada klien yang sudah selesai membuat jadwal dan memperagakan kegiatan
4.      Tahap terminasi
a.       Evaluasi
1)     Terapis menanyakan perasaan klien setelah selesai menyusun jadwal kegiatan dan memperagakannya
2)     Terapis memberikan pujian atas keberhasilan kelompok.
b.      Tindak lanjut
Terapis menganjurkan klien melaksanakan dua cara mengontrol halusinasi yaitu menghardik dan melakukan kegiatan
c.       Kontrak yang akan datang
1)     Terapis membuat kesepakatan dengan klien untuk TAK berikutnya yaitu belajar cara mengontrol halusinasi dengan bercakap-cakap
2)     Terapis membuat kesepakatan waktu dan tempat
Sesi 4: Mengontrol Halusinasi dengan Patuh Minum Obat
Tujuan
1.      Klien memahami pentingnya patuh minum obat
2.      Klien memahami akibat tidak patuh minum obat
3.      Klien dapat menyebutkan lima benar cara minum obat
Setting
1.      Terapis dan klien duduk bersama dalam lingkaran.
2.      Ruangan nyaman dan tenang
Alat
1.      Jadwal kegiatan harian dan Pulpen
2.      Spidol dan whiteboard/flipchart
3.      Beberapa contoh obat

Metode
1.      Diskusi dan tanya jawab
2.      Melengkapi jadwal harian
Langkah kegiatan
1.      Persiapan
a.       Mengingatkan kontrak dengan klien yang telah mengikuti Sesi 4.
b.      Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan..
2.      Orientasi
a.       Salam terapeutik
1)     Salam dan terapis kepada klien.
2)     Klien dan terapis pakai papan nama.
b.      Evaluasi/ validasi
1)     Terapis menanyakan keadaan klien saat ini
2)     Terapis menanyakan cara mengontrol halusinasi setelah menggunakan tiga cara yang telah di pelajari (menghardik, menyibukkan diri dengan kegiatan, dan bercakap-cakap)
c.       Kontrak  
1.      Terapis menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu mencegah terjadinya halusinasi dengan patuh minum obat.
2.      Menjelaskan aturan main berikut.
§  Jika ada klien yang ingin meninggalkan kelompok, harus meminta izin kepada terapis.
§  Lama kegiatan 45 menit.
§  Setiap klien mengikuti kegiatan dan awal sampai selesai.

3.      Tahap kerja
a.       Terapis menjelaskan untungnya patuh minum obat, yaitu mencegah kambuh -karena obat memberi perasaan tenang, dan memperlambat kambuh.
b.      Terapis menjelaskan kerugian tidak patuh minum obat, yaitu penyebab kambuh.
c.       Terapis meminta tiap klien menyampaikan obat yang di makan Dan waktu memakannya. Buat daftar di whiteboard.
d.      Menjelaskan lima benar minum obat, yaitu benar obat, benar waktu minum obat benar orang yang minum obat benar cara minum obat, benar dosis obat.
e.       Meminta klienmenyebutkan lima benar cara minum obat,, secara bergiliran
f.        Berikan pujian pada klien yang benar
g.       Mendiskusikan perasaan klien sebelum minum obat catat di whiteboard).
h.      Mendiskusikan perasaan klien setelah teratur. minum obat (catat di whiteboard)
i.         Menjelaskan keuntungan patuh minum obat, yaitu salah satu cara mencegah halusinasi/kambuh.
j.         Menjelaskan akibat/kerugian tidak patuh minum obat, yaitu kejadian halusinasi/kambuh :
k.       Minta klien menyebutkan kembali keuntungan patuh minum obat dan kerugian tidak patuh minum obat.
l.         Memberi pujian tiap kali klien benar.
4.      Tahap terminasi
a.       Evaluasi
1)     Terapis menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK
2)     Terapis menanyakan TAK mengontrol halusinasi yang sudah di latih
3)     Terapis memberikan pujian atas keberhasilan kelompok.

b.      Tindak lanjut
Terapis menganjurkan klien melaksanakan empat cara mengontrol halusinasi yaitu menghardik ,melakukan kegiatan dan bercakap-cakap, dan patuh minum obat
c.       Kontrak yang akan datang
1)     Terapis mengakhiri sesi TAK stimulasi persepsi untuk mengontrol halusinasi
2)     Buat kesepakatan baru untuk TAK yang lain sesuai dengan indikasi klien
Sesi 5: Mengontrol Halusinasi dengan bercakap-cakap
Tujuan
1.      Klien dapat memahami pentingnya bercakap–cakap untuk mencegah munculnya halusinasi. .
2.      Klien dapat bercakap–cakap dengan orang lain untuk mencegah munculnya halusinasi.
Setting
1.      Terapis dan klien duduk bersama dalam lingkaran.
2.      Ruangan nyaman dan tenang
Alat
1.      Jadwal kegiatan harian dan Pulpen
2.      Spidol dan whiteboard/flipchart
Metode
1.      Diskusi dan tanya jawab
2.      Bermain peran/simulasi dan latihan
Langkah kegiatan
1.      Persiapan
a.       Mengingatkan kontrak dengan klien yang telah mengikuti Sesi 2.
b.      Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan..
2.      Orientasi
a.       Salam terapeutik
1)     Salam dan terapis kepada klien.
2)     Klien dan terapis pakai papan nama.
b.      Evaluasi/ validasi
1)     Terapis menanyakan keadaan klien saat mi
2)     Terapis menanyakan cara mengontrol halusinasi yang sudah dipelajari
3)     Terapis menanyakan pengalaman klien menerapkan cara menghardik halusinasi
c.       Kontrak  
1.      Terapis menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu mencegah terjadinya halusinasi dengan bercakap-cakap.
2.      Menjelaskan aturan main berikut.
§  Jika ada klien yang ingin meninggalkan kelompok, harus meminta izin kepada terapis.
§  Lama kegiatan 45 menit.
§  Setiap klien mengikuti kegiatan dan awal sampai selesai.
3.      Tahap kerja
a.       Terapis menjelaskan cara kedua, yaitu melakukan kegiatan
b.      sehari-hari. Jelaskan bahwa dengan melakukan kegiatan yang teratur akan mencegah munculnya halusinasi
c.       Terapis meminta tiap klien menyampaikan kegiatan yang biasa dilakukan sehari-hari, dan tulis whiteboard/flipchart
d.      Terapis membagikan formulir jadwal kegiatan harian. Terapis menulis formulir yang sama di whiteboard.
e.       Terapis membimbing satu persatu klien untuk membuat Jadwal kegiatan harian dan bangun pagi sampai Malam. Klien menggunakan formulir, terapis menggunakan whiteboard
f.        Berikan pujian atas keberhasilan klien
g.       Ulangi e sampai f sampai semua klien mendapatkan giliran
4.      Tahap terminasi
a.       Evaluasi
1)     Terapis menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK
2)     Terapis menanyakan TAK mengontrol halusinasi yang sudah di latih
3)     Terapis memberikan pujian atas keberhasilan kelompok.
b.      Tindak lanjut
Terapis menganjurkan klien melaksanakan tiga cara mengontrol halusinasi yaitu menghardik ,melakukan kegiatan dan bercakap-cakap
c.       Kontrak yang akan datang
1)     Terapis membuat kesepakatan dengan klien untuk TAK berikutnya yaitu belajar cara mengontrol halusinasi dengan patuh minum obat
2)     Terapis membuat kesepakatan waktu dan tempat






1.       KARAKTERISTIK  KLIEN HALUSINASI
1)     Kognitif
-          Sulit berkonsentrasi
-          Tidak mampu mengambil keputusan
-          Sukar membedakan nyata dan tidak nyata
-          Gangguan asosiasi (pikiran yang tidak mempunyai hubungan yang logis satu sama lain
2)     Afektif
-          Afek tidak sesuai dengan isi pembicaraan
-          Kurangnya respon yang emosional terhadap pikiran orang dan pengalaman
3)     Perilaku dan Hubungan Sosial
-          Cenderung menarik diri
-          Duduk terpaku dengan pandangan mata satu arah, tersenyum atau berbicara sendiri
-          Aktivitas kurang terkontrol, tiba-tiba marah dan menyerang orang lain
-          Gelisah
-          Inkoheren
4)     Fisik
-          Muka pucat
-          Sulit tidur
-          Berat badan menurun
-          Nafsu makan menurun
-          Individu sering menguap
-          Hygiene kurang
-          Penampilan kurang rapi

DAFTAR PUSTAKA


Burns.et.al. (1999). Assessment Scales in Old Psychiantry. Martin Dunitz Ltd. London.

Carpenito, Lynda Juall. (1988). Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 6, Cetakan 1. Alih Bahasa Yasmin aSIH, sKP. Jakarta : Penerbit EGC.

Fortinash & Worret, (1996), Psychiantric Mental Health Nursing, CV Mosby, St. Louise Missouri.


Azizah, Lilik Ma’ rifatul. Keperawatan Jiwa (Aplikasi Praktik Klinik). Edisi Pertama; Graha Ilmu, 2001.

Featured Post

kejang demam

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1   Latar Belakang Anak merupakan hal yang penting artinya bagi sebuah keluarga. Selain sebagai penerus keturun...