Thursday, October 19, 2017

Asuhan Keperawatan Pada Pasien Tak Sadar ( koma)


A.      PENGERTIAN

Kesadaran adalah pengetahuan penuh atas diri, lokasi dan waktu( Corwin, 2001 )
Penurunan kesadaran adalah keadaan dimana penderita tidak sadar dalam arti tidak terjaga / tidak terbangun secara utuh sehingga tidak mampu memberikan respons yang normal terhadap stimulus.

Kesadaran secara sederhana dapat dikatakan sebagai keadaan dimana seseorang mengenal / mengetahui tentang dirinya maupun lingkungannya ( Padmosantjojo, 2000 ).

Dalam menilai penurunan kesadaran dikenal beberapa istilah yaitu :
1. Kompos mentis
 Kompos mentis adalah kesadaran normal, menyadari seluruh asupan dari panca indra dan bereaksi secara optimal terhadap seluruh rangsangan baik dari luar maupun dalam.
2. Somnelen / drowsiness / clouding of consciousness
Mata cenderung menutup, mengantuk, masih dapat dibangunkan dengan perintah, masih dapat menjawab pertanyaan walau sedikit bingung, tampak gelisah dan orientasi terhadap sekitarnya menurun.
3. Stupor / Sopor
Mata tertutup dengan rangsang nyeri atau suara keras baru membuka mata atau bersuara satu dua kata . Motorik hanya berupa gerakan mengelak terhadap rangsang nyeri.
4. Soporokoma / Semikoma
Mata tetap tertutup walaupun dirangsang nyeri secara kuat, hanya dapat mengerang tanpa arti, motorik hanya gerakan primitif.
5. Koma
Dengan rangsang apapun tidak ada reaksi sama sekali, baik dalam hal membuka mata, bicara maupun reaksi motorik. ( Harsono , 1996 )

B. ETIOLOGI
Untuk memudahkan mengingat dan menelusuri kemungkinan – kemungkinan penyebab penurunan kesadaran dengan istilah “ SEMENITE “ yaitu :

1. S : Sirkulasi

Meliputi stroke dan penyakit jantung
2. E : Ensefalitis
Dengan tetap mempertimbangkan adanya infeksi sistemik / sepsis yang mungkin melatarbelakanginya atau muncul secara bersamaan.
3. M : Metabolik
Misalnya hiperglikemia, hipoglikemia, hipoksia, uremia, koma hepatikum
4. E : Elektrolit
Misalnya diare dan muntah yang berlebihan.
5. N : Neoplasma
Tumor otak baik primer maupun metastasis
6. I : Intoksikasi
Intoksikasi berbagai macam obat maupun bahan kimia dapat menyebabkan penurunan kesadaran
7. T : Trauma
Terutama trauma kapitis : komusio, kontusio, perdarahan epidural, perdarahan subdural, dapat pula trauma abdomen dan dada.
8. E : Epilepsi
Pasca serangan Grand Mall atau pada status epileptikus dapat menyebabkan penurunan kesadaran. ( Harsono , 1996 )

C. MANIFESTASI KLINIS

Gejala klinik yang terkait dengan penurunan kesadaran adalah :
1. Penurunan kesadaran secara kwalitatif
2. GCS kurang dari 13
3. Sakit kepala hebat
4. Muntah proyektil
5. Papil edema
6. Asimetris pupil
7. Reaksi pupil terhadap cahaya melambat atau negatif
8. Demam
9. Gelisah
10. Kejang
11. Retensi lendir / sputum di tenggorokan
12. Retensi atau inkontinensia urin
13. Hipertensi atau hipotensi
14. Takikardi atau bradikardi
15. Takipnu atau dispnea
16. Edema lokal atau anasarka
17. Sianosis, pucat dan sebagainya



E. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Pemeriksaan penunjang yang diperlukan untuk menentukan penyebab penurunan kesadaran yaitu :
1. Laboratorium darah
Meliputi tes glukosa darah, elektrolit, ammonia serum, nitrogen urea darah ( BUN ), osmolalitas, kalsium, masa pembekuan, kandungan keton serum, alcohol, obat-obatan dan analisa gas darah ( BGA ).
2. CT Scan
Pemeriksaan ini untuk mengetahui lesi-lesi otak
3. PET ( Positron Emission Tomography )
Untuk meenilai perubahan metabolik otak, lesi-lesi otak, stroke dan tumor otak
4. SPECT ( Single Photon Emission Computed Tomography )
Untuk mendeteksi lokasi kejang pada epilepsi, stroke.
5. MRI
Untuk menilai keadaan abnormal serebral, adanya tumor otak.
6. Angiografi serebral
Untuk mengetahui adanya gangguan vascular, aneurisma dan malformasi arteriovena.

7. Ekoensefalography
Untuk mendeteksi sebuuah perubahan struktur garis tengah serebral yang disebabkan hematoma subdural, perdarahan intraserebral, infark serebral yang luas dan neoplasma.

8. EEG ( elektroensefalography )
Untuk menilai kejaaang epilepsy, sindrom otak organik, tumor, abses, jaringan parut otak, infeksi otak
9. EMG ( Elektromiography )
Untuk membedakan kelemahan akibat neuropati maupun akibat penyakit lain.


F. ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN TAK SADAR
1.   Pengkajian
Data fokus yang perlu dikaji:
a.   Riwayat kesehatan, meliputi:
1)  Penyakit yang diderita sebelumnya (DM, Hipertensi, ginjal, hepar, epilepsi, penyakit darah)
2)  Keluhan sebelum jatuh koma (nyeri kepala, pusing, kejang)
3)  Terjadinya koma mendadak atau perlahan-lahan
b.   Pemeriksaan fisik
1)  Keadaan Umum
2)  Pemeriksaan persistem
a)  Sistem persepsi dan sensori: pemeriksaan panca indera
b)  Sistem persyarafan : pemeriksaan neurologi koma
Tujuan: menentukan letak proses patologi Hemicerebral/ hemisperium, ataukah di batang otak, dan etiologinya (vaskuler, neoplasma, radang, trauma, metabolik)
Meliputi:
a.       Status kesadaran: nilai GCS (Glasgow Coma Scale)
b.      Pemeriksaan menentukan letak lesi: kortek, sub kortek, atau batang otak

2.   Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada klien dengan koma adalah sebagai berikut:

3.   Rencana Keperawatan
No
Diagnosa keperawatan/ masalah kolaborasi
Tujuan dan kriteria hasil
Intervensi
1.
Kebersihan jalan nafas tak efektif berhubungan dengan fisiologis (disfungsi neuromuskuler), dengan batasan karakteristik:
Dyspnea, penurunan suara nafas
Kelainan suara nafas (ronchi)
Batuk tak efektif/ tak ada
Produksi sputum banyak
Klien gelisah
Perubahan frekuensi dan irama nafas
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama ....X24jam, diharapkan klien menunjukkan jalan nafas yang paten.

NOC: respiratory status: airway patency (0410)
Indikator:
Tak ada kecemasan/ gelisah
Frekuensi nafas 16-24x/menit
Irama nafas teratur
Sputum dapat dikeluarkan dari jalan nafas
Tak ada suara nafas tambahan
1.Manajemen jalan nafas
Buka jalan nafas, gunakan teknik chin lift atau jaw trust bila perlu
Posisikan klien untuk memaksimalkan ventilasi
Identifikasi klien perlunya pemasangan alat jalan nafas buatan
Pasang mayo bila perlu
Lakukan fisioterapi dada bila perlu
Keluarkan sekret dengan batuk atau suction
Auskultasi suara nafas, catat adanya suara berlebihan
Lakukan suction pada mayo
Berikan bronchodilator bila perlu
Berikan pelembab udara
Atur intake cairan utuk mengoptimalkan keseimbangan
Monitor respirasi dan status oksigen

2.     Suction jalan nafas (3160)
Pastikan kebutuhan oral suctioning
Auskultasi suara nafas sebelum dan sesudah suctioning
Informasikan pada klien dan keluarga tentang suctioning
Berikan oksigen dengan menggunakan nasal untuk memfasilitasi suction nasotrakheal
Gunakan alat yang steril setiap melakukan tindakan
Hentikan suction dan berikan O2 apabila klien menunjukkan bradikardia dan peningkatan saturasi O2
2.
Resiko aspirasi, faktor resiko:
penurunan tingkat kesadaran
penurunan fungsi otot-otot pernafasan
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama ....x24jam klien mampu mencapai:
1.     Respiratori status: ventilasi (pertukaran gas dalam paru) 0403, indikator:
Irama nafas teratur
RR: 16-24 x/mnt
Ekspansi dada simetris
Bernafas spontan/ mudah
Suara nafas bersih
Tak ada retraksi dada
Tak ada suara nafas tambahan
2.     Respiratori status: gas exchange (pertukaran gas CO2 dan O2 di alveoli (0402)
indikator:
Bernafas mudah
Tak ada dyspnea
Tak ada cyanosis
Saturasi O2 85-100%
PaO2 70-100 mmHg dan PaCO2 35-45 mmHg, jika klien memakai ventilator





































1.     Suction jalan nafas (3160)
Lihat diagnosa 1

2.     Pencegahan aspirasi (3200)
Monitor tingkat kesadaran, reflek menelan, gangguan reflek, dan kemampuan menelan
Monitor status paru paru
Pertahankan jalan nafas
Jaga suction selalu siap pakai
Cek posisi NGT sebelum memberikan makanan
Cek residu NGT sebelum memberikan makanan
Hindari memasukkan makanan jika residu masih banyak
Posisikan kepala/ tinggikan bed 30-40 menit setelah pemberian makanan

3.     Monitoring Respirasi (3350)
Monitor rata rata, kedalaman, irama, dan usaha respirasi
Catat pergerakan dada, amati kesimetrisan, penggunaan otot otot tambahan, retraksi otot supra klavikula, dan intercostals
Monitor suara nafas seperti dengkur/ ngorok
Monitor pola nafas, bradipnea, takipnea, kusmaul, hiperventilasi, cheyne stokes, biot.
Palpasi kesamaan ekspansi paru
Perkusi thorak anterior dan posterior dari apeks sampai basis bilateral
Catat lokasi trachea
Monitor kelelahan otot diafragma (gerakan paradoksi)
Auskultasi suara nafas, catat area penurunan atau tak adanya ventilasi dan suara tambahan
Tentukan kebutuhan suction dengan mengauskultasi cracles dan ronchi pada jalan nafas utama
Auskultasi suara paru setelah tindakan untuk mengetahui hasilnya
Monitor hasil ventilasi mekanik, catat peningkatan tekanan inspirasi dan penurunan tidal volume (jika klien memakai ventilator)
Catat perkembangan SaO2, dan tidal CO2, perubahan AGD (jika klien memakai ventilator)
Monitor kemampuan klien untuk batuk efektif
Monitor sekret respirasi klien
Catat onset, karakteristik, dan durasi batuk
Monitor dyspnea dan kejadian yang meningkatkan atau memperburuk respirasi
Buka jalan nafas dengan chin lift atau jaw trust k/p
Posisikan klien pada satu sisi untuk mencegah aspirasi
Lakukan resusitasi k/p
Lakukan tindakan terapi respiratori

4.     Posisioning/ mengatur posisi (0840)
Atur posisi klien semi fowler, ekstensi kepala
Miringkan kepala bila muntah
3.
Resiko ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh, faktor resiko: tidak mampu dalam memasukkan, mencerna, mengabsorbsi makanan karena faktor biologis (penurunan kesadaran/ koma), dengan batasan karakteristik:
Dilaporkan adanya intake makanan kurang dari kebutuhan yang dianjurkan
Konjunctiva dan membran mukosa pucat
Pembuluh kapiler rapuh
Klien tak mampu menelan dan mengunyah makanan
Kehilangan rambut yang cukup banyak (rontok)
NOC label: Status Nutrisi

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama ….x24jam status nutrisi klien meningkat/ membaik
1.     Status Nutrisi (1004)
Indikator:
Intake makanan dan minum adequat
Tanda tanda malnutrisi tidak ada
Konjunctiva dan membran mukosa tidak pucat
Turgor kulit baik
2.     Status nutrisi: Biochemical Measures (1005)
Indikator:
Protein total: 5,3-8,9 gr/dl
Albumin: 3,8-4,4 gr/dl
Globulin: 1,5-4,5 gr/dl
Hmt: 37-47 %
Hb: 10-16 gr/dl
GDS: £ 180 mg%
Cholesterol: 140-250 mg%
Trigliseride: 45-160 mg%
3.     Nutrisi status: Food and Fluid intake (1008)
Indikator:
Intake makanan per NGT adekuat
Intake cairan per NGT adekuat
Intake Total Protein Nutrition (TPN) adekuat
Intake cairan parenteral adekuat
NB: skala adekuat 1-5
1.     Monitoring gizi
Monitor masukan kalori dan bahan makanan
Amati rambut yang kering dan mudah rontok
Amati tingkat albumin, protein total, Hb, Hmt, GDS, cholesterol dan trigliseride
Monitor muntah
Amati jaringan mukosa yang pucat, kemerahan, dan kering
Amati konjunctiva yang pucat
Amati turgor kulit dan perubahan pigmentasi
Catat adanya edema, hiperemik, hipertonik papilla lidah dan cavitas oral

2.     Manajemen Nutrisi
Kaji apakah klien alergi makanan
Kerjasama dengan ahli gizi dalam menentukan jumlah kalori, protein, dan lemak secara tepat sesuai dengan kebutuhan klien
Masukkan kalori sesuai dengan kebutuhan
Monitor catatan makanan yang masuk atas kandungan gizi dan jumlah kalori
Kolaborasi penambahan inti protein, zat besi, dan vitamin C yang sesuai
Pastikan bahwa diit mengandung makanan yang berserat tinggi untuk mencegah sembelit
Beri makanan protein tinggi, kalori tinggi, dan bergizi yang sesuai

3.     Terapi Gizi
Monitor masukan cairan dan makanan, hitung kalori makanan dengan tepat
Kolaborasi ahli gizi
Pastikan diit gizi serat dan buah buahan yang cukup
Pantau laboratorium biokimia jika perlu (protein, albumin, globulin, Hb, Hmt, GDS, chollesterol, trigliseride)
Evaluasi tanda tanda kerusakan gizi
Berikan perawatan mulut
4.
Pola nafas tak efektif berhubungan dengan disfungsi neuromuskuler dan hipoventilasi dengan batasan karakteristik:
Menggunakan otot pernafasan tanmbahan
Dyspnea
Ortopnea
Perubahan pengembangan dada
Nafas pendek
Tahan ekspansi berlangsung sangat lama
Pernafasan rata rata 16-24x/menit
Kedalaman pernafasan: tidal volume 500ml saat istirahat
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama ....x24jam klien mencapai:
1.     Status respirasi: Ventilasi
Indikator:
Status respirasi: ventilasi pergerakan udara ke dalam dan keluar paru
Kedalaman inspirasi dan kemudahan bernafas
Ekspansi dada simetris
Suara nafas tambahan tidak ada
Nafas pendek tidak ada
2.     Vital sign status
Indikator:
Status tanda vital (RR, TD) dalam rentang yang diharapkan
RR: 16-24x/mnt
TD: 120-140 mmHg
70-90
1.     Manajemen airway
Lihat intervensi diagnosa 1, Kebersihan jalan nafas

2.     Terapi Oksigen
Bersihkan jalan nafas dari sekret
Pertahankan jalan nafas tetap efektif
Berikan oksigen sesuai instruksi
Monitor aliran oksigen, canul oksigen, dan humidifier
Observasi tanda tanda hipoventilasi
Monitor respon klien terhadap pemberian oksigen

3.     Monitoring Vital Sign
Monitor TD, nadi, suhu, dan RR
Catat adanya fluktuasi TD
Auskultasi TD pada kedua lengan dan bandingkan
Monitor kualitas nadi
Monitor adanya pulsus paradoks
Monitor adanya pulsus alteransmonitor jumlah dan irama jantung
Monitor bunyi jantung
Monitor frekuensi dan irama pernafasan
Monitor suhu, warna, dan kelembaban kulit
Monitor sianosis perifer
Monitor adanya chusing triad (tekanan nadi yang melebar, bradikardia, peningkatan sistolik)
Identifikasi penyebab dan perubahan vital sign

4.     Monitor Respirasi
Monitor rata rata, kedalaman, irama, dan usaha respirasi
Catat pergerakan dada, amati kesimetrisan, penggunaan otot tambahan, retraksi otot supraventrikuler dan intercostals
Monitor suara nafas, seperti dengkur
Monitor pola nafas: bradipnea, takipnea, kusmaul, hiperbentilasi, cheyne stokes, biot
Palpasi kesamaan ekspansi paru
Perkusi thoraks anterior dan posterior dari apeks sampai basis bilateral
Monitor kelelahan otot diafragma (gerakan paradoks)
Auskultasi suara nafas, catat area penurunan atau tidak adanya ventilasi dan suara tambahan
Tentukan kebutuhan suction dengan mengauskultasi crakles dan ronchi pada jalan nafas utama
Auskultasi suara paru setelah tindakan untuk mengetahui hasilnya
Monitor kekuatan inspirasi maksimal, volume ekspirasi, dan kapasitas vital
Monitor hasil ventilasi mekanik, catat peningkatan tekanan inspirasi dan penurunan tidal volume (jika klien memakai ventilator)
Monitor peningkatan kelelahan, cemas, dan lapar udara
Catat perubahan SaO2, SvO2 dan tidal Co2 (jika klien memakai ventilator)
Monitor kemampuan klien untuk batuk efektif
Monitor sekret respirasi klien
Catat onset, karakteristik, dan durasi batuk
Monitor dyspnea dan kejadian yang meningkatkan atau memperburuk respirasi
Buka jalan nafas dengan chin lift atau jaw trust k/p
Posisikan klien pada satu sisi untuk mencegah aspirasi
Lakukan resusitasi k/p
Lakukan tindakan terapi respiratori
5.
Resiko ketidakseimbangan volume cairan, faktor resiko: penurunan fungsi ginjal akibat penurunan kesadaran/ koma
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama ....x24jam balance cairan adekuat
Balance Cairan (0601)
Kriteria hasil:
Tekanan darah normal
Nadi perifer teraba
Tidak terjadi ortostatik hypotension
Intake-output seimbang dalam 24 jam
Serum, elektrolit dalam batas normal
Hmt dalam batas normal
Tidak ada suara nafas tambahan
BB stabil
Tidak ada asites, edema perifer
Tidak ada distensi vena leher
Mata tidak cekung
Tidak bingung
Rasa haus tidak berlebihan/ rakus
Membran mukosa lembab
Hidrasi kulit adekuat
1.     Monitor cairan (4130)
Tentukan riwayat jenis dan banyaknya intake cairan dan kebiasaan eliminasi
Tentukan faktor resiko yang menyebabkan ketidakseimbangan cairan (hipertermi diuretic, kelainan ginjal, muntah, poliuri, diare, diaporesis, terpapar panas, infeksi)
Monitor vital sign
Monitor intake dan output
Periksa serum, elektrolit dan membatasi cairan bila diperlukan
Jaga keakuratan catatan intake dan output
Monitor membrane mukosa, turgor kulit dan rasa haus
Monitor warna dan jumlah urine
Monitor distensi vena leher, krakles, edema perifer dan peningkatan berat badan
Monitor akses intravena
Monitor tanda dan gejala asites
Berikan cairan
Pertahankan aliran infus sesuai advis

2.     Manajemen cairan (4120)
Pertahankan keakuratan catatan intake dan output
Pasang kateter kalau perlu
Monitor status hidrasi (kelembaban membran mukosa, denyut nadi, tekanan darah)
Monitor vital sign
Monitor tanda tanda overhidrasi/ kelebihan cairan (krakles, edema perifer, distensi vena leher, asites, edema pulmo)
Berikan cairan intravena
Monitor status nutrisi
Berikan intake oral selama 24jam
Berkan cairan dengan selang (NGT) kalau perlu
Monitor respon klien terhadap terapi elektrolit
Kolaborasi dokter jika ada tanda dan gejala kelebihan cairan

3.     Monitoring Elektrolit (2020)
Monitor elektrolit serum
Laporkan jika ada ketidakseimbangan elektrolit
Monitor tanda dan gejala ketidakseimbangan elektrolit (kejang, kram perut, tremor, mual, dan muntah, lethargi, cemas, bingung, disorientasi, kram otot, nyeri tulang, depresi pernafasan, gangguan irama jantung, penurunan kesadaran: apatis, coma

4.     Manajemen Elektrolit (2000)
Pertahankan cairan infus yang mengandung elektrolit
Monitor kehilangan elektrolit lewat suction nasogastrik, diare, diaporesis
Bilas NGT dengan normal saline
Berikan diit makanan yang kaya kalium
Berikan klien lingkungan yang aman bagi klien yang mengalami gangguan neurologis atau neuromuskuler
Kolaborasi dokter bila tanda dan gejala ketidakseimbangan elektrolit menetap
Monitor respon klien terhadap terapi elektrolit
Monitor efek samping pemberian suplemen elektrolit
Kolaborasi dokter pemberian obat yang mengandung elektrolit (aldakton, Kcl, Kalsium Glukonas)
Berikan suplemen baik lewat oral, NGT, atau infus sesuai advis dokter
































Daftar Pustaka

Carolyn M. Hudak. Critical Care Nursing : A Holistic Approach. Edisi VII. Volume II. Alih Bahasa : Monica E. D Adiyanti. Jakarta : EGC ; 1997
 Susan Martin Tucker. Patient Care Standarts. Volume 2. Jakarta : EGC ; 1998
 Lynda Juall Carpenito. Handbook Of Nursing Diagnosis. Edisi 8. Jakarta : EGC ; 2001
 Long, B.C. Essential of medical – surgical nursing : A nursing process approach. Volume 2. Alih bahasa : Yayasan IAPK. Bandung: IAPK Padjajaran; 1996 (Buku asli diterbitkan tahun 1989)
 Smeltzer, S.C. & Bare, B.G. Brunner and Suddarth’s textbook of medical – surgical nursing. 8th Edition. Alih bahasa : Waluyo, A. Jakarta: EGC; 2000 (Buku asli diterbitkan tahun 1996)
 Corwin, E.J. Handbook of pathophysiology. Alih bahasa : Pendit, B.U. Jakarta: EGC; 2001 (Buku asli diterbitkan tahun 1996)
 Price, S.A. & Wilson, L.M. Pathophysiology: Clinical concept of disease processes. 4th Edition. Alih bahasa : Anugerah, P. Jakarta: EGC; 1994 (Buku asli diterbitkan tahun 1992)


No comments:

Post a Comment

Featured Post

kejang demam

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1   Latar Belakang Anak merupakan hal yang penting artinya bagi sebuah keluarga. Selain sebagai penerus keturun...