Saturday, December 25, 2010

luka bakar


Luka Bakar

Latar belakang

Luka bakar merupakan jenis luka, kerusakan jaringan atau kehilangan jaringan yang diakibatkan sumber panas ataupun suhu dingin yang tinggi, sumber listrik, bahan kimiawi, cahaya, radiasi dan friksi. Jenis luka dapat beraneka ragam dan memiliki penanganan yang berbeda tergantung jenis jaringan yang terkena luka bakar, tingkat keparahan, dan komplikasi yang terjadi akibat luka tersebut. Luka bakar dapat merusak jaringan otot, tulang, pembuluh darah dan jaringan epidermal yang mengakibatkan kerusakan yang berada di tempat yang lebih dalam dari akhir sistem persarafan. Seorang korban luka bakar dapat mengalami berbagai macam komplikasi yang fatal termasuk diantaranya kondisi shock, infeksi, ketidak seimbangan elektrolit (inbalance elektrolit) dan masalah distress pernapasan. Selain komplikasi yang berbentuk fisik, luka bakar dapat juga menyebabkan distress emosional (trauma) dan psikologis yang berat dikarenakan cacat akibat luka bakar dan bekas luka (scar).
Jenis Luka Bakar
Dilihat dari kedalaman luka, luka bakar dibedakan atas beberapa jenis, yaitu:
Luka bakar derajat 1
Kerusakan yang ditimbulkan luka bakar derajat ini hanya sebatas permukaan kulit luar, yang disebut dengan lapisan epidermis. Biasanya lukanya kering, kemerahan, dan enggak ada bekas luka. Pada lokasi yang kena panas ini terasa nyeri sekali, soalnya ujung-ujung saraf di kulit itu terganggu. Kalau ini terjadi, kita masih bisa tenang, karena sebenarnya untuk jenis luka bakar ini penyembuhan bisa terjadi dengan sendirinya tanpa pengobatan. Pertolongan pertama, biasanya segera disiram dengan air dingin yang mengalir untuk mengurangi panas dan mencegah kerusakan jaringan yang lebih luas. Biasanya penyembuhan luka bakar derajat satu ini membutuhkan waktu 5-10 hari.

Luka bakar derajat 2
Luka bakar derajat dua ini enggak cuma lapisan luar yang terkena, tapi lapisan lebih dalam juga terkena, yaitu lapisan epidermis ditambah sebagian lapisan dermis. Biasanya luka mengeluarkan cairan. Terlihat adanya benjolan/gelembung yang berisi cairan bening. Terasa nyeri sekali karena ujung saraf nyeri terangsang. Jika kita amati, pada dasar luka terlihat merah atau pucat, sering terlihat lebih tinggi dari kulit normal di sekitarnya.
Untuk luka yang sampai seperti ini, sebenarnya dibiarkan juga akan sembuh dengan sendirinya, bisa sampai 10 hingga 14 hari. Yang harus diingat, kalau terjadi luka bakar seperti ini, sebaiknya luka dijaga kebersihannya, kalau perlu dibersihkan dengan obat antiseptik. Jika terjadi infeksi, akan memperlama proses penyembuhan lukanya.
Untuk luka bakar derajat dua ini sebaiknya memang benjolan berisi air yang timbul jangan sampai pecah, karena biasanya kalau sampai pecah, dapat terjadi infeksi dan menimbulkan bekas luka yang sulit hilang. Jika luka memang sudah terbuka, kita bisa ke dokter untuk minta obat cream antibiotik sebagai pencegahan agar tidak terjadi infeksi.
Sebagian dokter juga berpendapat lain. Mereka malah menganjurkan benjolan yang berisi air tersebut dipecahkan saja sehingga luka yang terbuka tersebut bisa diobati sekalian. Ini bisa saja dilakukan kalau memang kebersihan dan perawatan luka bisa dijamin bersih dan terawat.

Luka bakar derajat 3
Luka bakar derajat 3 ini cukup serius lho, enggak boleh dianggap remeh. Sebaiknya, kalau kita kenali gejala-gejala luka bakar derajat 3 ini, segera ke rumah sakit untuk mendapatkan pertolongan segera. Pada luka bakar ini, kerusakan jaringan sudah meliputi seluruh lapisan kulit, bahkan bisa lebih dalam lagi. Luka sudah mengenai semua organ di kulit, misalnya akar rambut, kelenjar lemak kulit, dan kelenjar keringat juga mengalami kerusakan.
Pada luka bakar ini malah tak dijumpai gelembung berisi cairan lagi, tapi luka terkesan kering, berwarna abu-abu dan pucat. Karena kering, biasanya permukaannya lebih rendah dari kulit sekitarnya. Pada luka bakar ini malah tidak terasa nyeri karena ujung-ujung saraf juga ikut rusak.
Nah, kalau sudah parah seperti ini, memang diperlukan pertolongan medis. Luka ini akan lama sembuh karena enggak ada proses penutupan oleh kulit sebab lapisan kulit di daerah tersebut sudah rusak semua. Biasanya, jika sembuh pun menimbulkan jaringan parut yang kaku. Oleh karena bekas luka ini kaku, kalau kena kulit pada daerah yang bergerak, misalnya sendi, leher, dan wajah, akan sangat mengganggu sekali.
Kulit daerah itu jadi enggak bisa elastis bergerak sehingga mengganggu penderitanya. Biasanya pertolongannya dengan cangkok kulit. Kulit yang sehat diambil dan ditanam di daerah tersebut. Kalau sudah seperti ini, tentu saja dibutuhkan pertolongan dokter bedah plastik. Operasi plastik ini contohnya yang sekarang sedang sering diberitakan TV maupun koran-koran tentang operasi yang dilakukan pada wajah seorang ibu di Surabaya yang disiram air keras oleh suaminya.
Kalau kita sudah bisa mengenali ciri-ciri dan cara pertolongan luka bakar ini, kita enggak perlu ragu-ragu lagi menolong orang yang menderita luka bakar. Dengan membawa korban secepat mungkin ke rumah sakit, kita sudah membantu meringankan penderitaan orang lain atau mungkin bahkan menyelamatkan nyawa orang lain.

Etiologi
Luka bakar dapat disebabkan oleh banyak hal:
  1. Panas (misal api, air panas, uap panas)
  2. Radiasi
  3. Listrik
  4. Kimia
  5. Laser
Bahan kimia chemicals yang dapat menyebabkan luka bakar adalah Asam kuat atau basa kuat acids atau bases. Luka bakar akibat bahan kimia umumnya disebabkan karena sifat kimiawi bahan tersebut yang tajam dan dapat membakar kulit, seperti (sodium hidroksida), silver nitrate, dan bahan kimia berbahaya lainnya (seperti asam sulfur ataupun asam nitrat). Asam hidroflorik dapat menyebabkan kerusakan tulang, namun jenis kerusakan yang terjadi sulit dibuktikan.

Manajemen Pre hospital dan hospital
A.       Pre hospital
Seorang yang sedang terbakar akan merasa panik, dan akan belari untuk mencari air. Hal ini akan sebaliknya akan memperbesar kobaran api karena tertiup oleh angin. Oleh karena itu, segeralah hentikan (stop), jatuhkan (drop), dan gulingkan (roll) orang itu agar api segera padam. Bila memiliki karung basah, segera gunakan air atau bahan kain basah untuk memadamkan apinya. Sedanguntuk kasus luka bakar karena bahan kimia atau benda dingin, segera basuh dan jauhkan bahan kimia atau benda dingin. Matika sumber listrik dan bawa orang yang mengalami luka bakar dengan menggunakan selimut basah pada daerah luka bakar. Janga membawa orang dengan luka bakar dalam keadaan terbuka karena dapat menyebabkan evaporasi cairan tubuh yang terekspose udara luar dan menyebabkan dehidrasi. Orang dengan luka bakar biasanya diberikan obat-obatan penahan rasa sakit jenis analgetik seperti, Antalgin, aspirin, asam mefenamat samapai penggunaan morfin oleh tenaga medis.
B.       Hospital
Setiap pasien luka bakar harus dianggap sebagai pasien trauma, karenanya harus dicek Airway, breathing dan circulation-nya terlebih dahulu.my7
  1. Airway - apabila terdapat kecurigaan adanya trauma inhalasi, maka segera pasang Endotracheal Tube (ET). Tanda-tanda adanya trauma inhalasi antara lain adalah: riwayat terkurung dalam api, luka bakar pada wajah, bulu hidung yang terbakar, dan sputum yang hitam.
  2. Breathing - eschar yang melingkari dada dapat menghambat gerakan dada untuk bernapas, segera lakukan escharotomi. Periksa juga apakah ada trauma-trauma lain yang dapat menghambat gerakan pernapasan, misalnya pneumothorax, hematothorax, dan fraktur costae
  3. Circulation - luka bakar menimbulkan kerusakan jaringan sehingga menimbulkan edema. pada luka bakar yang luas dapat terjadi syok hipovolumik karena kebocoran plasma yang luas. Manajemen cairan pada pasien luka bakar, dapat diberikan dengan Formula Baxter.
Formula Baxter adalah:
  1. Total cairan = 4cc x berat badan x luas luka bakar
  2. Berikan 50% dari total cairan dalam 8 jam pertama, dan sisanya dalam 16 jam beriku
 Kesimpulan
Dari pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa Ngomongin soal pertolongan terhadap luka bakar kadang bisa membuat kita merinding. Karena biasanya, kalau sudah berkaitan dengan luka, semua orang jadi takut untuk membayangkannya. Nah, inilah masalahnya. Kita sepertinya perlu juga mengetahui seluk-beluk luka bakar, sekurangnya untuk diri kita dan bisa juga untuk menolong orang lain. Luka bakar ini tidak bisa dianggap remeh.
Luka bakar bisa membuat seseorang menderita, bahkan sampai meninggal. Semua ini tergantung derajat kedalaman dan kerusakan jaringan yang diakibatkan luka bakar itu. Misalnya kita harus memberikan perhatian pada luas dan bagian tubuh yang terbakar. Luas luka yang lebih dari 25 persen permukaan tubuh harus diwaspadai. Demikian juga halnya dengan bagian tubuh yang penting, misalnya wajah, jalan napas, leher, dan alat kelamin.



Daftar Pustaka

·          E. Doenges Marilynn, France Moorhouse Mary, C. Geissler Alice, 1999, Rencana Asuhan Keperawatan, Jakarta: EGC.
·          Kurt J. Isselbacher,1999, prinsip-prinsip llmu penyakit dalam, Jakarta: EGC
·          Carpenito, 1999, diagnose Keperarawatan, Jakarta: EGC

contoh sap ( satuan acara pembelajaran )


Satuan Acara Pengajaran(SAP)

Mata kuliah               : Ilmu penyakit kelamin
Kode mata kuliah     : Kep 007
SKS                             : 2 SKS
Waktu pertemuan     : 2 x 50 menit
Pertemuan ke            : 5 dan 6


Tujuan

Tujuan Intruksional Umum : di harapkan kepada seluruh mahasiswa dan mahasiswi semester V stikes langsa dapat mengerti defenisi hiv/aids
Tujuan Intruksional Khusus : setelah mengikuti perkuliahan pada awal pertemuan ke 2 dan 3, mahasiswa mampu kompeten-kompeten yang di harapkan seperti:


ü      Mahasiswa dapat mengetahui cara penuaran Hiv/Aids
ü      Mahasiswa mampu mengenal tanda dan gejala Hiv / Aids
ü      Mahasiswa mampu mengklasifikasi infeksi Hiv / Aids




B. Pokok bahasan : Hiv / Aids

C. Sub pokok bahasan :

1.         Dapat mendefenisikan Hiv / Aids
2.         Diharapkan mahsiswa mampu mengetahui tanda dan gejala Hiv / Aids
3.         Klasifikasi infeksi Hiv / Aids















D. Kegiatan belajar mengajar

           
Tahap
Kegiatan pengajar
Kegiatan mahasiswa
Media alat pengajaran
Pendahuluan





Penyajian


























Penutup
1. mejelaskan defenisi Hiv / Aids




2. Menerangkan            tentang kasifikasi infeksi Hiv / Aids

a.    Berusaha menarik minat mahasiswa untuk mengemukakan pendapatnya tentang cara penularan Hiv / Aids

b.    Mengklasifikasikan semua jawaban/ saran mahasiswa.

c.    Memberi motivasi pada mahasiswa yang jawabanya masih kurang tepat.

3. menjelaskan tentang tanda dan gejala Hiv / Aids


4. menutup pertemuan


Memberikan kesimpulan dari materi yang telah di beriakan

Memperhatikan





memperhatikan



Menjawab atau memberi sumbangan saran






memperhatikan




mendengarkan



Memperhatikan dosen



memperhartikan


Merangkumkan semua materi.




Infokus





infokus



Papan tulis putih







ceramah




ceramah



infokus




infokus



infokus







E. Evaluasi

1.              menyebutkan pengertian Hiv / Aids.
2.              mengklasifikasikan infeksi Hiv /Aids.
3.              menyebutkan tanda dan gejala Hiv /Aids.
4.              menyebutkan cara penularan Hiv / Aids.

Referensi :
1. azwar A, 1996. pengantar  kesehatan manusia, binarupa aksara:Jakarta.
2. buunner & suddarth, 2002 keperawatan medikal bedah  edisi 8. ECG. jakarta

Hiv/aids


Aquired Immune Defficiency Syndrome (AIDS) adalah sindroma yang menunjukkan defisiensi imun seluler pada seseorang tanpa adanya penyebab yang diketahui untuk dapat menerangkan terjadinya defisiensi tersebut seperti keganasan, obat-obat supresi imun, penyakit infeksi yang sudah dikenal dan sebagainya.

Menurut The Centers for Disease Control USA (CDC) (2004), AIDS pada orang dewasa atau remaja umur 13 tahun atau lebih adalah terdapatnya satu dari 29 keadaan yang menunjukkan imunosupresi berat yang berhubungan dengan infeksi HIV, seperti Pneumocystis carinii pneumonia (PCP), suatu infeksi paru yang sangat jarang terjadi pada penderita yang tidak terinfeksi HIV. Kebanyakan keadaan-keadaan yang berkaitan dengan definisi AIDS mencakup infeksi oportunistik (OI) yang jarang menimbulkan bahaya pada orang yang sehat. Diagnosis AIDS juga diberikan kepada penderita infeksi HIV dengan sel T CD4+ kurang dari 200/ml darah. Untuk anak-anak di bawah 13 tahun, definisi AIDS sama dengan untuk orang dewasa dan remaja, kecuali pneumonitis interstisial limfoid dan infeksi bakteri berulang yang juga dimasukkan dalam daftar keadaan-keadaan dalam definisi AIDS.

1. Klasifikasi Infeksi HIV
Jenis pembagian yang pertama membagi gejala-gejala HIV menjadi 3 stadium, yaitu: infeksi akut, kronik, dan AIDS (Gunung, 2003; WHO, 2007)

  1. Infeksi akut merupakan stadium paling dini dan singkat. Tidak semua penderita menunjukkan gejala-gejala, tapi kebanyakan menunjukkan gejala-gejala seperti flu selama 3-6 minggu setelah infeksi. Gejala-gejalanya sama dengan flu atau mononukleosis: panas dan rasa lelah yang berlangsung selama 1-2 minggu. Bisa disertai ataupun tidak gejala-gejala seperti: bisul dengan bercak kemerahan, biasanya pada tubuh bagian atas, tidak gatal; sakit kepala; sakit pada otot-otot, sakit tenggorokan; pembengkaan kelenjar; diare; mual-mual; muntah-muntah.

  1. Infeksi HIV kronik. Tubuh memberikan perlawanan yang hebat terhadap virus HIV. Pada akhir perlawanan ini tubuh seolah-olah melakukan gencatan senjata dengan virus.  Infeksi kronik ini mulai 3-6 minggu setelah infeksi. Pada stadium ini tidak menunjukkan gejala apapun, seperti orang sehat. Pada umumnya, pada kebanyakan penderita, stadium ini berlangsung sampai 10 tahun. Walaupun tidak menunjukkan gejala-gejala, akan tetapi sistem imun berangsur-angsur menurun. Pada orang normal, didapatkan sel CD4 sebesar 450-1200 sel per ml. Bila sel CD4 menurun sampai 200 atau kurang, maka penderita akan masuk dalam stadium AIDS
hiv2(MINE-AUS-NET)
Gambar sel yang tereserang hiv/aids        Gambar struktur hiv/aids

2. Cara penularan HIV di Indonesia
a. Penggunaan alat suntik yang tak steril secara bersama, terutama pada pengguna napza suntik
b. Hubungan seks dengan banyak dan berganti pasangan tanpa menggunakan kondom
c. Transfusi Darah
d. Jarum suntik, tato, tindik dll
e. Dari Ibu ke bayi:
Saat dikandung
Saat melahirkan
Bila disusui

3.      AIDS Tidak Menular Melalui

        duduk berdampingan

        menggunakan alat makan yang sama

        mandi dan menggunakan toilet yang sama

        bersalaman dan berpelukan

        menggunakan alat olahraga bersama

        Nyamuk tidak menularkan AIDS

4. Gejala-gejala AIDS.
AIDS bukan merupakan penyakit tersendiri, melainkan sekumpulan gejala-gejala tergantung infeksi oportunistik yang menyertai infeksi HIV tersebut. Oleh karena sistem imun telah rusak, gejala-gejala penyakit menjadi khas tergantung jenis infeksi yang menyertainya. Obat diberikan bila sel T (CD4) turun sangat rendah untuk mencegah terjadinya infeksi. Kadang-kadang penderita tidak segera berobat sampai terjadinya AIDS. Gejala-gejala yang bisa dijumpai adalah:
selalu merasa lelah; pembengkakan kelenjar pada leher atau lipatan paha; panas yang berlangsung lebih dari 10 hari; keringat malam; penurunan berat badan yang tidak bisa dijelaskan penyebabnya; bercak keunguan pada kulit yang tidak hilang-hilang; pernafasan memendek; diare berat, berlangsung lama; infeksi jamur (candida) pada mulut, tenggorokan, atau vagina; mudah memar/perdarahan yang tidak bisa dijelaskan penyebabnya.

5. Infeksi oportunistik dan kelainan lain yang dapat dijumpai pada orang yang terinfeksi HIV adalah :

Infeksi bakteri dan mikobakteria
ž     Mycobacterium avium complex (MAC, MAI)
ž     Salmonellosis
ž     Syphilis and Neuroshyphilis
ž     Turberculosis (TB)
ž     Bacillary angiomatosis (cat scratch disease)

Infeksi jamur (fungi)
ž     Aspergillosis
ž     Candidiasis (thrush, yeast infection)
ž     Coccidioidomycosis
ž     Cryptococcal meningitis
ž     Histoplasmosis

Infeksi protozoa
ž     Cryptosporidiosis
ž     Isosporiasis
ž     Microsporidiosis
ž     Pneumocystis carinii pneumonia (PCP)
ž     Toxoplasmosis

Infeksi virus
ž     Cytomegalovirus (CMV)
ž     Hepatitis
ž     Herpes simplex (HSV, genital herpes)
ž     Herpes zoster (HZV, shingles)
ž     Human papiloma virus (HPV, genital warts, cervical cancer)
ž     Molluscum contagiosum
ž     Oral Hairy Leukoplakia (OHL)
ž     Progressive Multifocal Leukoencephalopathy (PML)

Keganasan (kanker)
ž     Kaposi's sarcoma
ž     Lymphoma
        Systemic Non-Hodgkin's Lymphoma (NHL)
        Primary CNS Lymphoma
Kelainan neurologik
ž     AIDS Dementia Complex (ADC)
ž     Peripheral Neuropathy

Komplikasi dan kelainan lainnya
ž     Ulkus Aptosa
ž     Malabsorpsi

6. Replikasi virus hiv/aids
  1. Pelekatan (Attachment): HIV melekat pada sebuah sel (sel CD4).
  2. Peleburan (Fusion): HIV memasukkan bahan genetik (RNA, ribonucleic acid) ke dalam sel bersama beberapa enzimnya (protein) seperti reverse transcriptase, HIV protease (HIV protease) dan integrase.
  3. Bahan genetik HIV (RNA) diubah menjadi bahan genetik sel (DNA) untuk membuat turunan DNA. Langkah ini menggunakan enzim reverse transcriptase.
  4. Penggabungan (Integration): Turunan DNA ini masuk ke dalam inti yang mengandung bahan genetik sel dan bergabung dengan bahan genetik sel tersebut. Dalam langkah ini dipergunakan enzim integrase.
  5. Pembacaan dan penyalinan (transcription & translation): Setelah penggabungan DNA virus dengan DNA sel, virus mengambil alih tugas sel, berubah menjadi pabrik penghasil virus.
  6. DNA virus membentuk cetakan yang diperlukan untuk membuat turunannya. Cetakan ini meliputi bahan genetik dan perintah membuat protein virus (genom virus).
  7. Genom virus membentuk kapsid, lalu membentuk tonjolan pada dinding sel dan melepaskan diri. Virus baru ini mengalami maturasi, memotong-motong DNAnya menjadi virus-virus baru yang siap menginfeksi sel-sel lainnya. Untuk memotong DNA virus tersebut dipergunakan enzim protease

Kesimpulan

1. Anda bisa melindungi diri anda dari AIDS
2. Siapa saja bisa terkena AIDS, kalau mereka mempunyai perilaku berisiko.
3. Penularan HIV hanya lewat kontak cairan darah dan kelamin, dan bukan hanya melalui hubungan seks
4. Hanya hasil Tes HIV  yang dapat memastikan bahwa seorang telah tertular atau tidak
5. Diskriminasi melanggar HAM dan bahkan memperburuk penanggulangan HIV di masyarakat

Daftar pustaka

  1. azwar A, 1996. pengantar  kesehatan manusia, binarupa aksara:Jakarta.
  2.  buunner & suddarth, 2002 keperawatan medikal bedah  edisi 8. ECG. jakarta.

Korea sydenham


Korea sydenham adalah gerakan tak terkendali yang berupa sentakan berskala besar dan berulang – ulang yang di mulai dari satu bagian tubuh dan menjalar ke bagian tubuh yang lain secara tiba – tiba dan tak di duga.
Korea sydenham bukan merupakan suatu penyakit melainkan sebuah gejala yang bisa terjadi pada beberapa penyakit yang berbeda.
Seseorang yang mengalami korea sydenham memiliki kelainan pada ganglia basalis pada otak, sedangkan tugas ganglia basalis memperhalus gerakan – gerakan yang kasar yang merupakan perintah dari otak.
Pada sebagian besar kasus terdapat neurotransmitter dopamin yang berlebihan sehigga mempengaruhi fungsinya yang normal.
Penyakit yang sering  menyebabkan korea sydenham merupakan kompikasi dari infeksi streptococcus pada masa kanak-kanak yang berlangsung selama beberapa bulan
Untuk membantu mengurangi pergerakan yang abnormal dapat di berikan obat – obat anti psikosa.




   Oleh: Islalluddin

DYSPEPSIA


PENDAHULUAN :
Dyspepsia yang oleh orang awam sering disebut dengan “sakit maag” merupakan keluhan yang sangat sering kita jumpai sehari hari. Sebagai contoh dalam masyarakat di negara negara barat dyspepsia dialami oleh sedikitnya 25% populasi. Di negara negara Asia belum banyak data tentang dyspepsia tetapi diperkirakan dialami oleh sedikitnya 20% dalam populasi umum.
Ada berbagai macam definisi dyspepsia. Salah satu definisi yang dikemukakan oleh suatu kelompok kerja internasional adalah: Sindroma yang terdiri dari keluhan keluhan yang disebabkan karena kelainan traktus digestivus bagian proksimal yang dapat berupa mual atau muntah, kembung, dysphagia, rasa penuh, nyeri epigas¬trium atau nyeri retrosternal dan ruktus, yang berlangsung lebih dari 3 bulan. Dengan demikian dyspepsia merupakan suatu sindrom klinik yang bersifat kronik.
Dalam klinik tidak jarang para dokter menyamakan dyspepsia dengan gastritis. Hal ini sebaiknya dihindari karena gastritis adalah suatu diagnosa patologik, dan tidak semua dyspepsia disebabkan oleh gastritis dan tidak semua kasus gastritis yang terbukti secara patologi anatomik disertai gejala dyspepsia. Karena dyspepsia dapat disebabkan oleh banyak keadaan maka dalam menghadapi sindrom klinik ini penatalaksanaannya seharusnya tidak seragam.
Penelitian menunjukkan bahwa hanya sebagian kecil dari penderita dyspepsia memeriksakan dirinya. Walaupun begitu ternyata dyspepsia memberikan beban ekonomik yang besar baik karena penurunan penghasilan ataupun biaya yang diperlukan untuk pemeriksaan dan pengobatan.
MEKANISME TERJADINYA DYSPEPSIA :
Sampai sekarang mekanisme dari terjadinya dyspepsia belum diketa¬hui jelas. Ada berbagai pendapat mengenai penyebab dyspepsia. Berbagai hal yang dianggap sebagai penyebab dyspepsia misalnya adalah :
- asam lambung
- keradangan
- gangguan motilitas
- alkohol
- rokok
- obat yang merangsang
- makanan yang pedas
Tetapi bukti yang jelas dari peranan hal hal tersebut belum ditemukan. Gejala dyspepsia dapat disebabkan karena keadaan keadaan dalam lambung atau esophagus misalnya :
- Ulkus peptikum
- Dyspepsia non ulkus
- Esophageal reflux
- Gastritis
- Keganasan lambung

Tetapi banyak kelainan diluar lambung yang menimbulkan simptom yang mirip dyspepsia misalnya :
- Penyakit empedu (batu atau keradangan)
- Obat obat
- DM
- Pankreatitis Kronik
- Penyakit Hati Kronik
- Hepatoma

Karena itu dalam evaluasi penderita dyspepsia sering diperlukan pemeriksaan-pemeriksaan untuk mengkonfirmasikan atau menying¬kirkan dyspepsia misalnya :
- Endoskopi
- Foto saluran makan bagian atas
- Tes fungsi hati
- USG
- Bernstein test
- Monitoring pH
- Pemeriksaan motilitas
- Pemeriksaan Amilase

PEMBAGIAN DYSPEPSIA
Dengan makin banyaknya dilakukan pemeriksaan endoskopi maka dyspepsia dikelompokkan menjadi 2 bagian yaitu dyspepsia organik bila ditemukan penyebab dyspepsia tersebut, dan dyspepsia fungsional bila dengan endoskopi penyebab organic yang jelas tadak ditemukan. Sedang kasus-kasus dyspepsia yang belum dilakukan endoskopi disebut uninvestigated dyspepsia.
DYSPEPSIA FUNGSIONAL
Gejala dyspepsia fungsional (menurut kriteria Roma) :
a. Gejala menetap selama 3 bulan dalam 1 tahun terakhir.
b. Nyeri epigastrium yang menetap atau sering kambuh (recurrent).
c. Tidak ada kelainan organik yang jelas (termasuk endoskopi)
d. Tidak ada tanda-tanda IBS (Irritable Bowel Syndrome)
- symptom tidak hilang dengan defekasi
- tidak ada perubahan frekuensi dan konsistensi tinja.

Mekanisme Terjadinya Dyspepsia Fungsional :
1. Asam lambung
2. Motilitas
- Hipomotilitas antrum : pengosongan lambung terhambat
- Gastrid Accomodation menurun : kemampuan menerima makanan dalam jumlah besar berkurang.
- Gangguan aktifitas listrik pada otot lambung
3. Psikologis
- Anxiety
- Neurotik
- Somatosasi
- Depresi

Gambaran Endoskopi pada dyspepsia yang masih dapat diklasifikasikan fungsional :
• Non erosive gastritis
• Non erosive duodenitis
• Non erosive reflux
Karena korelasi dengan symptom dan PA tidak jelas atau tidak ada. Misalnya kalau dalam endoscopy ditemukan mucosa hiperemis yang secara endoscopik dinamakan gastritik, tetapi masih dikelompokkan kedalam dyspepsia pungsional.

Hanya sebagian kecil penderita dyspepsia yang diperiksa dengan endoskopi. Dyspepsia yang belum dilakukan endoskopi disebut uninvestigated dyspepsia.
DYSPEPSIA ORGANIK
a. Dyspepsia Ulcus
Dyspepsia ulcus merupakan bagian penting dari dyspepsia organik. Di negara negara barat prevalensi ulkus lambung lebih rendah dibandingkan dengan ulkus duodeni. Sedang di Negara berkembang termasuk Indonesia frekuensi ulkus lambung lebih tinggi. Ulkus lambung biasanya dideri¬ta pada usia yang lebih tinggi dibandingkan ulkus duodeni.

Gejala utama dari ulkus peptikum adalah hunger pain food relief. Untuk ulkus duodeni nyeri umumnya terjadi 1 sampai 3 jam setelah makan, dan penderita sering terbangun di tengah malam karena nyeri. Tetapi banyak juga kasus kasus yang gejalanya tidak jelas dan bahkan tanpa gejala. Pada ulkus lambung seringkali gejala hunger pain food relief tidak jelas, bahkan kadang kadang penderita justru merasa nyeri setelah makan.
Penelitian menunjukkan bahwa penyebab utama DU adalah infeksi H. pylori, dan ternyata sedikitnya 95% kasus ulkus duodeni adalah H. pylori positif, sedang hanya 70% kasus ulkus lambung yang H. pylori positif.
b. GERD (Gastroesophageal Reflux Disease)
Dahulu GERD dimasukkan dalam dyspepsia pungsional tetapi setelah ditemukan dasar-dasar organik maka GERD dimasukan kedalam dyspepsia organik. Penyakit ini disebabkan Inkompetensi/relaksasi sphincter cardia yang menyebabkan regurgitasi asam lambung ke dalam esofagus.

Dulu sebelum penyebab GERD diketahui dengan jelas, GERD dimasukkan ke dalam kelompok dyspepsia fungsional. Setelah penyebabnya jelas maka GERD dikeluarkan dari kelompok tersebut dan dimasukkan ke dalam dyspepsia organik.
Gejala GERD :
• Gejala khas, terdiri dari :
- “Heart Burn”
- Rasa panas di epigastrium
- Rasa nyeri retrosternal
- Regurgitasi asam
- Pada kasus berat : ada gangguan menelan
• Gejala tidak khas :
- Nafas pendek
- Wheezing
- Batuk-batuk

Gejala GERD lebih menonjol pada waktu penderita terbaring terlentang dan berkurang bila penderita duduk.
GAMBARAN ENDOSKOPIK
Didapatkan lesi berupa robekan pada daerah spinter esophagus yang dibagi menjadi 4 derajat (Pembagian Los Angeles) :
Grade A :
Robekan mukosa tidak lebih dari 5 mm
Grade B :
Ada robekan mukosa yang lebih dari 5 mm dan kalau ada robekan mukosa di tempat lain tidak berhubungan dengan robekan mukosa yang pertama.
Grade C :
Robekan mukosa pada 1 lipatan mukosa berhubungan dengan lipatan mukosa yang lain tetapi tidak difus.
Grade D :
Robekan mukosa difus.

PENATALAKSANAAN
PENATALAKSAAN DYSPEPSIA ORGANIK
A. DYSPEPSIA ULKUS :

Dasar penatalaksanaan ulkus peptikum adalah obat obat untuk menurunkan asam lambung. Pemberian obat obat dibagi menjadi 2 kelompok yaitu terapi awal yang diberikan untuk penyembuhan ulkus dan terapi maintenance untuk mencegah adanya kekambuhan.
Pengobatan awal :
- Antasid : diberikan tiap 4 jam.
- H2 blocker :
- Simetidin : 3 4 x 200 mg atau 2 x 400 mg atau 800 mg malam hari.
- Ranitidin : 2 x 150 mg atau 300 mg malam hari
- Famotidin : 2 x 20mg atua 40 mg malam hari.
- Penghambat pompa proton : tidak digunakan untuk pengobatan maintenance.
- Omeprasol : 20 mg sebelum makan pagi
- Lanzoprazole : 30 mg sebelum makan pagi

Lama pengobatan awal : Tukak lambung : 12 minggu
Tukak duodeni : 8 minggu

Pengobatan maintenance :
Setengah dosis awal diberikan selama 6 12 bulan. Pengobatan maintenance diberikan untuk mencegah kekambuhan. Untuk pengobatan maintenance tidak dipergunakan penghambat pompa proton.
Untuk kasus kasus ulkus peptikum dengan H. pylori positif yang dilakukan eradikasi H. pylori, dan eradikasi tersebut berhasil, tidak diperlukan lagi terapi maintenance.
Terapi tambahan :
- Memperbaiki ketahanan mukosa misalnya :
Surface coating agent : Sukralfat
- Obat obat anti cholinergik : Pirenzepine

B. GERD
A. Farmakoterapi
- H2 Blocker
- PPI
- Prokinetik
- Metoclopramid
- Domperidon
- Cizapride
- Hindari obat anti cholinergic
B. Perubahan Diit
a. Kurangi porsi makan
b. jangan makan dalam 2 jam sebelum tidur.
c. hindari makanan tinggi lemak, alkohol, coklat dan peppermint
C. Perubahan gaya hidup
Yang harus dihindari :
- pakaian ketat terutama sabuk
- obesitas
- konstipasi
- makan berlebihan
- hindari latihan berat setelah makan
- Tidur dengan bantal tinggi
C. PENATALAKSANAAN DYSPEPSIA FUNGSIONAL

Dasar pengobatan dyspepsia yang dipakai sampai sekarang adalah hilang atau berkurangnya rasa sakit (relief) yang terjadi setelah pemberian antasid atau obat obat penekan asam lambung. Kedua macam obat tersebut bersifat simtomatik. Disamping itu ada beberapa terapi simtomatik yang berbeda antara satu tipe dyspepsia dengan tipe lainnya.
Terapi Dyspepsia Fungsional :
1. Farmakologis
- pengobatan jangka lama jarang diperlukan kecuali pada kasus-kasus berat. (regular medication)
- mungkin perlu pengobatan jangka pendek waktu ada keluhan. (on demand medication)
2. Psikoterapi
- Reassurance
- Edukasi mengenai penyakitnya
3. Perubahan diit dan gaya hidup
- Dianjurkan makan dalam porsi yang lebih kecil tetapi lebih sering.
- makanan tinggi lemak dihindarkan

UNINVESTIGATED FUNGSIONAL DYSPEPSIA
Untuk memudahkan penatalaksanaan, uninvestigated dyspepsia dibagi menjadi tiga tipe yaitu :

1. Ulcer like :
Nyeri epigastrium dengan gejala hunger pain food relief. Nyeri berkurang bila diberikan antasid. Rasa nyeri tengah malam. Penderita dyspepsia “ulcer like” tidak selalu menderita ulcus, tetapi hanya suatu tanda dari hiperchlorhidria.
2. GERD Like
Gejala seperti GERD, misalnya heartburn yang menonjol.
3. Tipe dysmotility/hypomotility :
Gejala berhubungan dengan proses pengosongan lambung yang kurang berupa rasa kembung dan meteoristik, distensi, nausea atau muntah.
4. Tipe campuran
Gabungan dari gejala 1 dan 2

Terapi Farmakologik :
- H2 Blocker
- PPI
- Prokinetik
- dll
Lama terapi empirik :
1 ½ bulan – 2 bulan bila berhasil dapat diteruskan. Bila tidak endoskopi

Pemilihan obat untuk Uninvestigated dyspepsia
a. GERD Type : H2 blocker / PPI + prokinetik
b. Ulcer Type : H2 Blocker/PPI
c. Dismotility
Hipomotility : Prokinetik
Hipermotility : Spasmolytic atau anti cholinergic

HUBUNGAN DYSPEPSIA DAN INFEKSI H. PYLORI
Infeksi H. pylori diketahui merupakan penyebab utama dari gastri¬tis kronik aktif, ulkus peptikum, MALT Lympoma dan kanker lambung type Intestinal. Dapat disimpulkan bahwa infeksi H. pylori merupakan penyebab dyspepsia kronik.
Infeksi H. pylori dan gastritis kronik aktif :
Penelitian menunjukkan bahwa pada hampir semua individu yang mengidap infeksi H. pylori bila dilakukan biopsi mukosa lambung selalu akan didapatkan gambaran histologik Gastritis kronik aktif walaupun mungkin secara individu tidak menunjukkan tanda tanda dyspepsia. Bila infeksi itu berhasil dihilangkan dengan eradikasi maka gambaran histologi mukosa akan normal kembali.
Infeksi H. pylori dan keganasan lambung :
Gastritis kronik aktif akibat infeksi H. pylori akan berlanjut menjadi gastritis atrofik yang selanjutnya menjadi gastric atrophy yang kemudian akan berlanjut menjadi keganasan lambung. Sejak tahun 1994 WHO telah mengakui infeksi H. pylori sebagai karsinogen kelas a (definite) setaraf dengan Hepatitis B dan C untuk Kanker Hati Primer.
Mekanisme terjadinya ulkus duodeni karena infeksi H. pylori :
Adanya infeksi H. pylori kronik menimbulkan gangguan fungsi sekretorik lambung misalnya terjadi hipergastrinemia dll yang menyebabkan hiperasiditas dalam lambung dan duodenum. Hiperasidi¬tas dalam duodenum merupakan suatu keadaan yang memungkinkan hidupnya epitel sel lambung dalam duodenum dan menyebabkan per-pindahan sel sel mukosa lambung kedalam duodenum yang disebut “gastric metaplasia”. Dengan adanya metaplasia yang berbentuk pulau pulau mukosa lambung dalam duodenum maka kuman kuman H. pylori dapat hidup di dalam duodenum pada pulau pulau sel lambung tersebut. Selanjutnya terjadi keradangan pada pulau pulau terse-but dan diikuti dengan terjadinya ulkus ditempat yang sama.
Mekanisme terjadinya ulkus lambung pada infeksi H. pylori :
Pada ulkus duodeni H. pylori berada di antrum. Pada ulkus lambung terjadi atrofi korpus sehingga produksi asam lambung cenderung berkurang. Suasana keasaman yang menurun ini menyebabkan perpin¬dahan epitel mukosa usus kedalam lambung yang disebut “metaplasia intestinal”. Ulkus timbul pada epitel mukosa lambung diperbatasan dengan daerh yang mengalami metaplasia intestinal.
INDIKASI ERADIKASI H. PYLORI

Indikasi kuat eradikasi H. pylori adalah kasus-kasus Ulkus Duodeni dan ulkus lambung dengan H. pylori positif baik yang masih aktif maupun yang tidak aktif.. Eradikasi H. pylori tersebut dilakukan untuk mencegah kekambuhan.
Indikasi lain eradikasi H.pylori adalah
- gastritis hipertrofik
- gastritis atrofik
- gastritis erosiva
- Mucosal Associated Lymphoid Tissue (MALT) Lymphoma
Belakangan ini banyak ahli yang memberikan terapi eradikasi untuk dyspepsia fungsional yang Hp positif, walaupun hanya sekitar 10% yang symptomnya bisa hilang.

ERADIKASI H. PYLORI :
Beberapa macam protokol eradikasi H. pylori yang ada saat ini adalah :
Bismuth triple therapy
Bismuth 120 mg 4ddI
Tetrasiklin 250 500 mg 4 ddI
Metronidasol 250 500 mg 4 dd I selama 2 minggu
atau
Bismuth 120 mg 4 dd I
Amoksisilin 250 500 mg 4 dd I
Metronidasol 250 500 mg 4 dd I selama 2 minggu

PPI dual therapy
Amoksisilin 500 mg 4 dd I
Omeprazol 20 40 mg selama 2 minggu
atau
Klaritromisin 500 mg 2 dd I
Omeprazol 20 40 mg selama 2 minggu

H2RA triple therapy
Ranitidin 1 dd 300 mg
Amoksisilin 750 mg 3 dd I
Metronidasol 500 mg 3 dd I selama 2 minggu

- PPI triple therapy
Klaritromisin 2 dd 250 mg/2 dd 500mg
Omeprazol 1 dd 20 mg atau 2 dd 20 mg
Metronidazol 2 dd 250 mg atau 2 dd 500 mg selama 1 minggu
atau
Klaritromisin 2 dd 250 mg/2 dd 500mg
Omeprazol 1 dd 20 mg atau 2 dd 20 mg
- Tinidazol 2 dd 500 mg selama 1 minggu

Quadruple therapy
Bismuth triple therapy + Omeprazol 2 dd 20mg selama 1 minggu.

Pada saat ini protokol yang hasilnya cukup baik adalah protokol triple. Protokol dual kurang memuaskan. Sedang protokol quadruple dipakai bila terjadi kegagalan dengan protokol yang lain.
KAPAN SUATU KASUS DYSPEPSIA PERLU DIENDOSKOPI ?
Kebanyakan ahli berpendapat bahwa suatu kasus dyspepsia yang telah diberikan terapi konvensional yaitu antasid dan H2 blocker dan tidak berhasil perlu dilakukan endoskopi. Demikian pula penderita dengan alarm symptom, misalnya umur > 45 th, perdarahan, berat badan yang menurun.
DAFTAR KEPUSTAKAAN :
1. Chelwan P.: Long term management of Peptic ulcer disease. JAMA 1996; 12 Suppl: 30 32.
2. Lam S.K.: Etiology and Mechanism of Dyspepsia. JAMA, 1996; 12 Suppl.: 33 34.
3. Lambert J.R.: The role of Helicobacter pylori in Non Ulcer dyspepsia : A debate for. Gastroenterol Clin NA 1993:141 152.
4. Maltfertheimer P., Pieramico O.: Helicobacter pylori in Gus¬tavson, Kumar, Graham (Eds.): The Stomach. Churchill Living¬stone, London 1992:397 312

Featured Post

kejang demam

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1   Latar Belakang Anak merupakan hal yang penting artinya bagi sebuah keluarga. Selain sebagai penerus keturun...