BAB I
PENDAHULUAN
Pendahuluan
Infark miokard adalah suatu keadan
ketidakseimbangan antara suplai & kebutuhan oksigen miokard sehingga
jaringan miokard mengalami kematian. Infark menyebabkan kematian jaringan yang
ireversibel. Infark tidak statis dan dapat berkembang secara progresif.
Infark miokard apabila tidak segera ditangani atau dirawat dengan cepat dan
tepat dapat menimbulkan komplikasi seperti CHF, disritmia, syok kardiogenik
yang dapat menyebabkan kematian, dan apabila sembuh akan terbentuk jaringan
parut yang menggantikan sel-sel miokardium yang mati. Apabila jaringan parut
cukup luas maka kontraktilitas jantung menurun secara permanent, jaringan parut
tersebut lemah sehingga terjadi ruptur miokardium atau anurisma, maka diperlukan
tindakan medis dan tindakan keperawatan yang cepat dan tepat untuk mencegah
komplikasi yang tidak diinginkan.
Hal ini dapat dicapai melalui
pelayanan maupun perawatan yang cepat dan tepat. Untuk memberikan pelayanan
tersebut diperlukan pengetahuan serta keterampilan yang khusus dalam mengkaji,
dan mengevaluasi status kesehatan klien dan diwujudkan dengan pemberian asuhan
keperawatan tanpa melupakan usaha promotif, preventif, kuratif dan
rehabilitatif.
Adapun gambaran distribusi, umur,
geografi, jenis kelamin dan faktor resiko IMA sesuai dengan angina pektoris
atau Penyakit Jantung Koroner pada umumnya. IMA merupakan penyebab kematian
tersering di AS. Di Indonesia sejak sepuluh tahun terakhir IMA lebih sering
ditemukan, apalagi dengan adanya fasilitas diagnostik dan unit-unit perawatan
penyakit jantung koroner intensif yang semakin tersebar merata. Kemajuan dalam
pengobatan IMA di unit perawatan jantung koroner intensif yang semakin tersebar
merata. Kemajuan dalam pengobatan IMA di unit perawatan jantung koroner
intensif berhasil makin menurunkan angka kematian IMA.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengertian
Infark Miokard Akut (IMA) adalah terjadinya nekrosis
miokard yang cepat disebabkan oleh karena ketidakseimbangan yang kritis antara aliran
darah dan kebutuhan darah miokard. (M. Widiastuti Samekto, 13 : 2001)
Infark miokardium mengacu pada proses rusaknya
jaringan jantung akibat suplai darah yang tidak adekuat sehingga aliran darah
koroner berkurang. (Smetzler Suzanne C & Brenda G. Bare, 768 : 2002)
Infark Miokard Akut (IMA) adalah nekrosis miokard
akibat aliran darah ke otot jantung terganggu. (Noer H. M Sjaifullah, 1999 :
1008)
Infark myokardium merupakan blok total yang mendadak
dari arteri koroner besar atau cabang-cabangnya. Lamanya kerusakan myocardial
bervariasi dan bergantung kepada besar daerah yang diperfusi oleh arteri yang
tersumbat. Infark myocardium dapat berakibat nekrosis karena parut atau
fibrosis, dan mendatangkan kematian mendadak.
Dari beberapa pengertian di atas maka
dapat disimpulkan bahwa Akut Miokard Infark (AMI) merupakan suatu keadaan
dimana terjadi kerusakan atau kematian otot jantung yang disebabkan oleh karena
berkurangnya atau terhambatnya aliran darah koroner secara tiba-tiba atau
secara tiba-tiba kebutuhan oksigen meningkat tanpa disertai perfusi arteri
koroner yang cukup.
2.2 . Etiologi
A. Faktor penyebab
a. Suplai oksigen ke miocard berkurang
yang disebabkan oleh 3 faktor :
1.
Faktor
pembuluh darah :
- Aterosklerosis,
Spasme, Arteritis
2.
Faktor
sirkulasi :
- Hipotensi,
Stenosos aorta, Insufisiensi
3.
Faktor darah
:
- Anemia, Hipoksemia,
Polisitemia
b. Curah jantung yang meningkat :
- Aktifitas berlebihan, Emosi, Makan terlalu banyak, Hypertiroidisme
c. Kebutuhan oksigen miocard meningkat
pada :
-Kerusakan miocard, Hypertropimiocard, Hypertensi
diastolic
B. Faktor
predisposisi :
a. Faktor
resiko yang dapat dimodifikasi
Merupakan faktor resiko yang bisa
dikendalikan sehingga dengan intervensi tertentu sehingga bisadihilangkan.
Termasuk dalam kelompok ini diantaranya:
1) Merokok
Peran rokok dalam penyakit jantung koroner ini antara
lain : menimbulkan aterosklerosis; peningkatan trombogenesis dan vasokontriksi;
peningkatan tekanan darah; pemicu aritmia jantung, meningkatkan kebutuhan
oksigen jantung, dan penurunan kapasitas pengangkutan oksigen. Merokok 20
batang rokok atau lebih dalam sehari bisa meningkatkan resiko 2-3 kali
dibanding yang tidak merokok.
2) Konsumsi
alcohol
Meskipun ada dasar teori mengenai
efek protektif alcohol dosis rendah hingga moderat, dimana ia bisa meningkatkan
trombolisis endogen, mengurangi adhesi platelet, dan meningkatkan kadar HDL
dalam sirkulasi, akan tetapi semuanya masih controversial. Tidak semua
literature mendukung konsep ini, bahkan peningkatan dosis alcohol dikaitkan
dengan peningkatan mortalitas cardiovascular karena aritmia, hipertensi
sistemik dan kardiomiopati dilatasi.
3) Infeksi
Infeksi
Chlamydia pneumoniae, organisme gram negative intraseluler dan penyebab umum
penyakit saluran pernafasan, tampaknya berhubungan dengan penyakit koroner
aterosklerotik.
4) Hipertensi
sistemik
Hipertensi sistemik menyebabkan meningkatnya after
load yang secara tidak langsung akan meningkatkan beban kerja jantung. Kondisi
seperti ini akan memicu hipertropi ventrikel kiri sebagai kompensasi dari
meningkatnya after load yang pada akhirnya meningkatan kebutuhan oksigen
jantung.
5) Obesitas
Terdapat hubungan yang erat antara berat badan,
peningkatan tekanan darah, peningkatan kolesterol darah, DM tidak tergantung
insulin, dan tingkat aktivitas yang rendah.
6)
``Kurang
olahraga
Aktivitas
aerobic yang teratur akan menurunkan resiko terkena penyakit jantung koroner,
yaitu sebesar 20-40 %.
7)
Penyakit
Diabetes
Resiko terjadinya penyakit jantung
koroner pada pasien dengan DM sebesar 2-4 lebih tinggi dibandingkan orang
biasa. Hal ini berkaitan dengan adanya abnormalitas metabolisme lipid,
obesitas, hipertensi sistemik, peningkatan trombogenesis (peningkatan tingkat adhesi
platelet dan peningkatan trombogenesis).
b. Faktor
resiko yang tidak dapat dimodifikasi
Merupakan factor resiko yang tidak
bisa dirubah atau dikendalikan, yaitu di antaranya:
1) Usia
Resiko meningkat pada pria datas 45
tahun dan wanita diatas 55 tahun (umumnya setelah menopause).
2) Jenis
Kelamin
Morbiditas akibat penyakit jantung
koroner (PJK) pada laki-laki dua kali lebih besar dibandingkan pada perempuan,
hal ini berkaitan dengan estrogen yang bersifat protective pada perempuan. Hal
ini terbukti insidensi PJK meningkat dengan cepat dan akhirnya setara dengan
laki-laki pada wanita setelah masa menopause.
3) Riwayat
Keluarga
Riwayat anggota keluarga sedarah
yang mengalami PJK sebelum usia 70 tahun merupakan factor resiko independent
untuk terjadinya PJK. Agregasi PJK keluarga menandakan adanya predisposisi
genetic pada keadaan ini. Terdapat bukti bahwa riwayat positif pada keluarga
mempengaruhi onset penderita PJK pada keluarga dekat.
4) Ras/Suku
Insidensi
kematian akibat PJK pada orang Asia yang tinggal di Inggris lebih tinggi
dibandingkan dengan peduduk local, sedangkan angka yang rendah terdapat pada
RAS apro-karibia.
5) Geografi
Tingkat kematian akibat PJK lebih
tinggi di Irlandia Utara, Skotlandia, dan bagian Inggris Utara dan dapat
merefleksikan perbedaan diet, kemurnian air, merokok, struktur sosio-ekonomi,
dan kehidupan urban.
6) Tipe
kepribadian
Tipe kepribadian A yang memiliki
sifat agresif, kompetitif, kasar, sinis, gila hormat, ambisius, dan gampang
marah sangat rentan untuk terkena PJK. Terdapat hubungan antara stress dengan
abnnormalitas metabolisme lipid.
7) Kelas sosial
Tingkat kematian akibat PJK tiga
kali lebih tinggi pada pekerja kasar laki-laki terlatih dibandingkan dengan
kelompok pekerja profesi (misal dokter, pengacara dll). Selain itu frekuensi
istri pekerja kasar ternyata 2 kali lebih besar untuk mengalami kematian dini
akibat PJK dibandingkan istri pekerja professional/non-manual. (Ilham, 2010).
2.3. Patofisiologi
Infark miokard akut sering terjadi
pada orang yang memiliki satu atau lebih faktor resiko seperti : obesitas,
merokok, hipertensi dan lain-lain. Faktor-faktor ini disertai dengan proses
kimiawi terbentuknya lipoprotein di tunika intima yang dapat menyebabkan
interaksi fibrin dan patelet sehingga menimbulkan cedera endotel pembuluh darah
korner.Interaksi tersebut menyebabkan invasi dan akumulasi lipid yang akan
membentuk plak fibrosa. Timbunan plak menimbulkan lesi komplikata yang dapat
menimbulkan tekanan pada pembuluh darah dan apabila ruptur dapat terjadi
thrombus. Thrombus yang menyumbat pembuluh darah menyebabkan aliran darah
berkurang, sehingga suplay O2 yang diangkut dara ke jaringan miokardium
berkurang yang anaerob yang berakibat penumpukan asam laktat. Asam laktat yang
meningkat menyebabkan nyeri dan perubahan pH endokardium yang menyebabkan
perubahan elektro fisiologi endokardium, yang pada akhirnya menyebabkan
perubahan sistem konduksi jantung sehingga jantung mengalami disritmia.Iskemik
yang berlangsung lebih dari 30 menit menyebabkan kerusakan otot jantung yang
ireversibel dan kematian otot jantung (infark). Miokardium yang mengalami
kerusakan otot jantung atau nekrosis tidak lagi dapat memenuhi fungsi kontraksi
dan menyebabkan keluarnya enzim dari intrasel ke pembuluh darah yang dapat
dideteksi dengan pemeriksaan laboratorium. Otot jantung yang infark mengalami
perubahan selama penyembuhan. Mula-mula otot jantung yang mengalami infark
tampak memar dan siarotik karena darah di daerah sel tersebut berhenti. Dalam
jangka waktu 2 4 jam timbul oedem sel-sel dan terjadi respon peradangan yang
disertai infiltrasi leukosit.Infark miokardium akan menyebabkan fungsi
vertrikel terganggu karena otot kehilangan daya kontraksi. sedang otot yang
iskemik disekitarnya juga mengalami gangguan dalam daya kontraksi secara
fungsional infark miokardium akan mengakibatkan perubahan-perubahan pada daya
kontraksi, gerakan dinding abnormal, penurunan stroke volume, pengurangan
ejeksi peningkatan volume akhir sistolik dan penurunan volume akhir diastolik
vertrikel.Keadaan tersebut diatas menyebabkan kegagalan jantung dalam memompa
darah (jatuh dalam dekompensasi kordis) dan efek jantung ke belakang adalah
terjadinya akumulasi cairan yang menyebabkan terjadinya oedem paru-paru dengan
manifestasi sesak nafas. Sedangkan efek ke depan terjadinya penurunan COP
sehingga suplay darah dan oksigen sistemik tidak adekuat sehingga menyebabkan
kelelahan.
2.4. Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala infark miokard ( TRIAS ) adalah :
1. Nyeri :
a. Nyeri dada yang terjadi secara
mendadak dan terus-menerus tidak mereda, biasanya di atas region sternal bawah
dan abdomen bagian atas, ini merupakan gejala utama.
b. Keparahan nyeri dapat meningkat
secara menetap sampai nyeri tidak tertahankan lagi.
c. Nyeri tersebut sangat sakit,
seperti tertusuk-tusuk yang dapat menjalar ke bahu dan terus ke bawah menuju
lengan (biasanya lengan kiri).
d. Nyeri mulai secara spontan (tidak
terjadi setelah kegiatan atau gangguan emosional), menetap selama beberapa jam
atau hari, dan tidak hilang dengan bantuan istirahat atau nitrogliserin (NTG).
e. Nyeri dapat menjalar ke arah
rahang dan leher.
f. Nyeri sering disertai dengan
sesak nafas, pucat, dingin, diaforesis berat, pening atau kepala terasa
melayang dan mual muntah.
g. Pasien dengan diabetes melitus
tidak akan mengalami nyeri yang hebat karena neuropati yang menyertai diabetes
dapat mengganggu neuroreseptor (mengumpulkan pengalaman nyeri).
2.5. Penatalaksanaan
1) Penatalaksanaan medis
a) Penanganan nyeri.
Berupa terapi farmakologi : morphin sulfat, nitrat,
penghambat beta (beta blockers)
Golongan utama terapi farmakologi yang diberikan :
(1)
Antikoagulan (mencegah pembentukan bekuan darah).
(2)
Trombolitik (penghancur bekuan darah, menyerang dan melarutkannya)
(3) Antilipemik (menurunkan konsentrasi
lipid dalam darah)
(4) Vasodilator perifer (meningkatkan
dilatasi pembuluh darah yang menyempit karena vasospasme)
b) Batasi ukuran infark miokard
Dilakukan dengan upaya meningkatkan suplai darah dan
oksigen ke jaringan miokardium dan untuk memelihara, mempertahankan atau
memulihkan sirkulasi.
2)
Penatalaksanaan Keperawatan
a) Pantau
karakteristik nyeri catat laporan verbal, petunjuk nonverbal, dan respons
hemodinamik (contoh: meringis, gelisah, berkeringat, mencengkram dada, napas
cepat, tekanan darah/frekuensi jantung berubah).
b) Berikan oksigen
tambahan dengan kanul nasal atau masker sesuai indikasi.
c) Tingkatkan
istirahat, batasi aktivitas pada dasar nyeri atau respon hemodinamik, berikan
aktivitas senggang yang tidak berat.
d) Anjurkan pasien
menghindari peningkatan tekanan abdomen, contoh mengejan saat defekasi.
e) Pantau
frekuensi jantung dan irama. Catat disritmia melalui telemetri.
f) Berikan makanan
kecil/mudah dikunyah. Batasi asupan kafein, contoh: kopi, coklat.
g) Lihat pucat,
sianosis, belang, kulit dingin/lembab. Cacat kekuatan nadi perifer.
h) Dorong latihan kaki
aktif/pasif, hindari isometrik.
i)
Pertahankan pemasukan total cairan 2000 ml/24 jam dalam toleransi
kardiovaskuler.
BAB III
ASUHAN
KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN
A. Pengkajian
Primer
1.
Airways
a.
Sumbatan
atau penumpukan secret
b.
Wheezing
atau krekles
2.
Breathing
a.
Sesak dengan
aktifitas ringan atau istirahat
b.
RR lebih
dari 24 kali/menit, irama ireguler dangkal
c.
Ronchi,
krekles
d.
Ekspansi
dada tidak penuh
e.
Penggunaan
otot bantu nafas
3.
Circulation
a.
Nadi lemah ,
tidak teratur
b.
Takikardi
c.
TD meningkat
/ menurun
d.
Edema
e.
Gelisah
f.
Akral dingin
g.
Kulit pucat,
sianosis
h.
Output urine
menurun
2. ASUHAN KEPERAWATAN
NO.
|
DX
PERAWATAN
|
TUJUAN
|
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
1.
|
Penurunan Cardiac out put sehubungan menurunnya kontrasi
jantung
|
Pasien akan mendemostrasikan keadaan jantung yang stabil.
Kriteria :
1.
Tekanan Darah Dalam batas normal. (120/80 mmHg
2.
Nadi 80 X /menit
3.
Tidak terjadi aritmia
4.
Denyut jantung dan irama jantung teratur
5.
Cappilary refill kurang dari 3 detik
|
1.
Kaji dan lapor tanda penurunan CO.
2.
Monitor dan catat ECG secara continue untuk mengkaji
rate, ritme dan setiap perubahan per 2 atau 4 jam atau jika perlu. Buat ECG
12 lead.
3.
Kaji dan monitor tanda vital dan parameter
hemodinamik per 1 – 2 jam atau indikasi karena keadan klinik.
4.
Mempertahankan bed rest dengan kepala tempat tidur
elevasi 300 selama 24 – 48 jam pertama
5.
Mulai pasang IV line.
6.
Memberi obat – obatan arythemia, nitrat. Beta
blocker.
7.
Melanjutkan pengkajian dan moitor tanda penurunan
CO. Auskultasi suara paru – paru dan jantung tiap 4 – 8 jam.
8.
Tingkatkan level aktifitas sesuai dengan status
klinik.
|
Rasional : Kejadian mortality dan morbidity
sehubungan dengan MI yang lebih dari 24 jam pertama.
Rasional : Ventrikal vibrilasi sebab utama kematian
akibat MI akut terjadi dalm 4 – 12 jam I dari terjadinya serangan. ECG 12
lead mengidentufikasi lokasi MI.
Rasional : Mendeteksi terjadinya disfungsi
myocard karena komplikasi. .
Rasional
: Untuk mengurangi tuntutan kebutuhan 02 myocard.
Rasional
: Siap membantu pengaturan pemberian obat – obat IV.
Rasional
: Mengurangi luasnya infrak dengan perfusi kembali otot – otot jantung yang
iskhemia.
Rasional
: Monitor tanda – tanda komplikasi awal, Contoh : MI yang meluas, cardioganic
yang meluas, cardioganic shock. Heart failure. Miocardial ruptur, yang
mungkinterjadi dalam 10 hari dari terjadinya serangan
Rasional
: Monitor yang hati – hati diperlukan untuk mendeteksi hipotensi dan
distitmia dan melangkah ke level aktifitas berikutnya yang sesuai.
|
2.
|
Gangguan rasa nyaman : Nyeri sehubungan dengan ketidak
seimbangan antara suplai dan kebutuan akan oksigen.
|
Mengatasi rasa nyeri
|
1. Kaji tingkat rasa nyeri klien secara keseluruhan
2.Anjurkan klien untuk melapor pada saat merasa nyeri
3.Support klien untuk mengungkapkan peasaan
4.Anjurkan klien untuk melakukan latihan nafas dalam
5.Kolaborasi Therapi
|
Untuk mendapatkan kontrol rasa nyeri yang meliputi lokasi,
intensitas timbulnya, persepsi klien, terhadap nyeri
Nyeri adalah individual sehingga
apa yang dirasakan klien merupakan informasi yang penting.
Adanya orang dekat klien yang mau mendengarkan keluhannya ,
akan membantu menurunkan kecemasan dan rasa takut
Dengan latihan nafas dalam maka suplai O 2 kejaringan yang
nyeri meningkat sehingga
mengurangi rasa nyeri
|
3.
|
Intoleransi aktifitas sehubungan dengan ketidakseimbangan
antara pemasukan dan kebutuhan O 2
|
|
1.Kaji hal hal lain yang menyebabkan klien lemah,seperti
nyeri dan obat
2.Monitor tingkat intoleransi aktifitas
3. Tingkatkan aktifitas klien sesuai kemampuan
4.Bantu klien untuk merawat diri sendiri dan pemenuhan
kebutuhan dasar
|
Untuk mengetahui respon klien terhadap aktifitas. Untuk
mengetahui tingkat aktifitas yang dapat ditolerir oleh klien.
Kelemahan dapat disebabkan oleh hal lain seperti nyeri dan obat obatan
Untuk menghindari adanya aktifitas yang berlebihan,
sehingga berakibat fatal.
Dapat meningkatkan kompensasi jantung terhadap aktifitas
Dilakukan dengan maksud untuk memenuhi kebutuhan dasar
klien
|
4.
|
Potensial kambuh sehubungan dengan ketidak tahuan mengenai
perawatan gagal jantung
|
mengurangi resiko untuk kambuh
|
1.Diskusikan dengan klien mengenai fungsi normal jantung
2.Jelaskan mengenai manfaat diet rendah garam,rendah lemak
dan memepertahankan berat yang ideal
3.Diskusi dengan klien mengenai jenis makanan rendah garam dan rendahlemak
4.Jelaskan kepada klien dan keluarga mengenai faktor faktor
yang dapat meningkatkan resiko kambuh seperti rokok, konsumsi garam yang
berlebihan,stress
5.Jelaskan kepada klien bila bebart badan meningkat, odem
ekstremitas agar segera memeriksakan diri
6.Menyarankan kepada keluarga agar memanfaatkan sarana
kesehatan di masyarakat.
|
Diharapkan dapat memprmudah menerangkan penyakitnya
Rendah garam untuk mengurangi retensi cairan,rendah lemak
untuk mengurangikolesterol, dan berat badan ideal untu mengurangi beban
kerjajantung
Diharapkan agar klien dapat mengurangi konsumsi makanan
tersebut untuk mengurangi resiko
kambuh
Agar klien dapat menghindari faktor faktor yang
meningkatkan resiko kambuhdan keluarga dapat memberikan lingkungan yang
mendudkung penyembuhan
Berat badan meningka, odem ekstremitas merupakan indikasi
penyakit kambuh.s
Untuk memudahkan klien dalam memonitor status kesehatannya
|
BAB IV
PENUTUP
4.1
Kesimpulan
Akut Miokard
Infark (AMI) merupakan suatu keadaan dimana terjadi kerusakan atau kematian
otot jantung yang disebabkan oleh karena berkurangnya atau terhambatnya aliran
darah koroner secara tiba-tiba atau secara tiba-tiba kebutuhan oksigen
meningkat tanpa disertai perfusi arteri koroner yang cukup.
4.2 Saran
Pasien dengan kecurigaan adanya serangan jantung harus mendapatkan
diagnosis yang cepat, penyembuhan nyerinya, resusitasi dan terapi reperfusi
jika diperlukan. Pasien dengan kecurigaan atau telah didiagnosis infark miokard
harus dirawat oleh staf yang terlatih dan berpengalaman di unit jantung yang
modern. Mereka sebaiknya mempunyai akses untuk mendapat metode diagnosis yang
modern dan perawatan, baik itu di tempat perawatan awal atau di tempat yang
lebih khusus. Mereka harus mendapat informasi yang cukup setelah pulang,
rehabilitasi, dan pencegahan sekunder.
DAFTAR
PUSTAKA
Doengoes, Marilyn G. dkk.
1999. Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman untuk Perencanaan dan Pendokumentasian
Perawatan Pasien. Edisi 3. Jakarta : EGC.
Hinchliff, Sue. 1999. Kamus Keperawatan. Edisi 17. Jakarta. EGC.
Mansjoer Arief,
Suprohaita. 2000. Kapita
Selekta Kedokteran. Edisi ke-3, Jilid
2 Jakarta : Media Aesscuilpius Fakultas Kedokteran University.
Reeves, Charlenes S. 2001. Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 1. Jakarta : Salemba Medika.
No comments:
Post a Comment